MADURAEXPOSE–Sejumlah tokoh masyarakat di Kabupaten Sumenep meminta pihak Pemkab Sumenep tak hanya mengumbar anggaran dengan menyediakan pasar murah, tetapi diharapkan juga memiliki kepedulian terhadap para penderita penyakit kusta di Kabupaten Sumenep yang jumlahnya sangat besar.
“Pasar murah itu bagus kalau tepat sasaran. Jangan sampai dimanfaatkan oleh orang yang tidak berhak. Selain itu, kami meminta pihak Pemkab juga menyediakan layanan pengobatan gratis untuk para penderita kusta yang sangat memperihatinkan,” ujar Rahmat Hidayat, salah satu tokoh masyarakat Sumenep saat berbincang dengan MaduraExpose.Com di Press Room DPRD Sumenep, Kamis (23/06/2016).
Harapan yang sama juga di sampaikan Samaudin, salah satu tokoh masyarakat asal Kecamatan Ambunten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Menurutnya, angka penderita kusta di Kabupaten Sumenep masih cukup tinggi dan membutuhkan perhatian serius dari seluruh pihak terkait.
“Penyakit kusta sudah lama jadi momok di Sumenep dan angkanya cukup besar. Ini perlu perhatian yang lebih besar dari pemerintah daerah. Kami mendukung supaya Bupati menyediakan pengobatan gratis untuk penyakit kusta, kalau perlu buatkan posko dibula Ramadhan,” ujarnya menjelaskan.
Diberitakan media online sebelumnya, Kasus penderita penyakit kusta di Sumenep, Madura, menempati urutan ke dua di Provinsi Jawa Timur. Data yang tercatat di Dinas Kesehatan (Dinkes), jumlah penderita kusta di Sumenep mencapai 475 orang baik penderita yang tergolong usia 0 hingga 14 tahun maupun usia 14 tahun ke atas.
“Ratusan penderita kusta itu terdiri dari tipe Pausi Basiler (PB) atau sedikit kuman sebanyak 115 penderita dan tipe Multy Basiler (MB) atau banyak kuman 360 penderita,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Sumenep, Dwi Reknani
Dwi Reknani mengakui, warga yang menderita penyakit kusta di daerahnya cukup tinggi. Bahkan, menempati urutan ke dua setelah Kabupaten Sampang yang mencapai 725 penderita. ”Dari 475 penderita kusta di Sumenep 21 orang atau 4, 5 persen diantaranya dinyatakan meninggal dunia dan 17 orang mengalami disabilitas atau cacat,” terangnya.
[A21/RRI/FER]