Inilah puisi karya Ferry Arbania yang dibacakan sendiri pada acara malam resepsi hari ulang tahun PortalMadura.com ke-2 di Aula Diskominfo Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Puisi Mabuk Dan Gerah Kelamin
Karya:Ferry Arbania
suatu saat kau pasti datang padaku, pasti.
hari ini kau tak bisa bicara padaku, sebab aku pejabat.
Dan besok giliranmu mencerca di media, menuduhku maling dan tikus berdasi, mercy pula.
rawa-rawa dan musik awara kini tak lagi diperdengarkan,
dan kau pasti menfonisku bajingan, kolod dan tak mau berubah, bedebah.
caci maki di negri sunyi, sama halnya meneriaki berhala-berhala itu.
entah itu yang mana, kau pasti juga tidak tahu, persis seperti aku. Mati kutu.
dulu, sepuluh tahun sebelum suramadu diresmikan SBY yang presiden
anak laki-laki dan perempuan berebut kitab suci,
tapi kini, kesucian gadis-gadis itu malah diperebutkan, silih berganti dikorankan, ditelivisikan
dan radioku juga ikut mengabadikan desah dan jerit perih mereka di sebuah berita.
orang-orang sesudah kemerdekaan laut jawa- madura,
senang membaca berita, beruporia dengan informasi aktual dan tekini,
tapi kita tetap miskin kesadaran, miskin kepedulian dan kata-kata untuk menentang kegelapan di ruang hati.
sembilan bulan ibu mengandung menanti tangis sang buah hati,
tapi tiga bulan perawan-perawan kita diracuni sperma, sebelum tuhan mengetuk palu,
senggama seringkali dimulai sebelum ijab qobul, kepemimpinan lebih sedikit diteladani,
tetapi yang subur adalah caci maki ketidak puasan.
ada apa dengan negeri percikan surga ini,
ibu-ibu mabuk dalam lautan pesan singkat disebuah hp,
merapal rindu, melukis kebohongan dengan gincu kepura-puraan.
tuan muda yang terhormat berorasi dikebun-kebun jati,
sambil sesekali meluruskan dasi kehormatan,
sementara puan muda dirumah sering kesakitan pantat,
sakit punggung dan sesak napas,
lantaran semerbak sayangnya tak pernah diremas dan diraba
mau kemana lagi kita, dimana-mana perselingkuhan meraja lela,
perceraian memupuk data pengadilan agama.
namun anehnya bukan dari keluarga dan saudara-saudara kami yang miskin kekuasaan.
perempuan, jabatan dan uang negara,
jangan lagi di dadu,
jangan lagi dikocok-kocok,
mari simpan kelamin ini dirahim istri kita sendiri.