Andai saja penulis diajak ngopi oleh MH Said Abdullah (Said Abdullah), Ketua Banggar DPR RI, politisi PDI Perjuangan asal Sumenep, tempat saya menuliskan catatan ringan ini, malam ini.
Tiba-tiba saja, jemari ini tergelitik untuk menulis, sebelas menit sebelum “Qiyamul Lail”, maklum, terinspirasi tulisan Hambali Rasidi berjudul,
“Progres Penurunan Angka Kemiskinan di Sumenep” yang tayang dipenghujung Agustus 2024 ini.
Dalam tulisan ini, sengaja kupilih judul: “Diajak Ngopi MH Said Abdullah”, biar sedikit sensasional dan menarik untuk dibaca. Jangan bersedih, ini cuma andai-an, maklum paman dari Cabup Petahana (Achmad Fauzi Wongsojudo) ini bukan politisi kaleng-kaleng yang mudah dijumpai, apalagi ngajak ketemu plus “ngopi bareng” alisa ngopinya bareng-bareng.
“Kalau ketemu Said Abdullah kamu mau ngapain,”? tanya hati kecilku.
Tentu saja ada sejumlah banyak hal yang ingin saya tanyakan langsung kepada kader partai banteng dengan moncong putih itu. Setidaknya ada satu pernyataan yang telah dikupas oleh pemilik Mata Madura (bukan mata-mata loh…), yakni soal angka kemiskinan di Kabupaten Sumenep.
Kira-kira apa yang ada dibenak Said Abdullah tentang kemiskinan yang kerap jadi “gorengan” banyak kalangan tersebut.
“Angka kemiskinan menjadi salah satu problem yang sangat mendesak untuk diatasi oleh Bupati Sumenep Ach. Fauzi Wongsojudo,”demikian matamadura.mengawali laporannya.
Berikut laporan lengkap MataMadura:
Lima tahun terakhir berdasar data BPS. Jumlah penduduk miskin di Sumenep mengalami fluktuatif.
Seperti pada tahun 2018, jumlah penduduk miskin di Sumenep mencapai 218,060 ribu jiwa. Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 211,088 ribu jiwa. Pada tahun 2020 meningkat sebanyak 220,023 ribu jiwa.
Pada awal kepimpinan Fauzi di tahun 2021, jumlah penduduk miskin di Sumenep mencapai 224,073 ribu jiwa. Baru pada tahun 2022, jumlah penduduk miskin di Sumenep mengalami penurunan menjadi 18,76 persen dari 1.100 jiwa. Kemudian pada 2023 angka kemiskinan kembali menurun menjadi 18,70 persenbdari 1.100 jiwa.
“Kemiskinan itu diketahui dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Konsumsi dan Pengeluaran (Modul KP) periode Maret 2023,” begitu Kepala BPS Kabupaten Sumenep, Ribut Hadi Chandra memberi keterangan ke media.
Pengurangan jumlah penduduk miskin di Sumenep sekitar 18.000 jiwa dibanding tahun 2021 tak lepas dari langkah Pentahelix. Bupati Fauzi membuat Perbup (Peraturan Bupati) penyusunan APBDes yang bersinergi dengan program APBD. Sinergitas APBDes dan APBD sengaja ditempuh untuk menutupi apa yang menjadi kekurangan APBD bisa ditopang lewat APBDes.
Sinergitas itu, tampak terlihat pada program pengentasan kemiskinan di Kabupaten Sumenep yang sudah terintegrasi. Seperti, program penanganan kemiskinan ekstrem, penurunan stunting, pengobatan TBC, RTLH dan sebagainya.
Di bidang pemberdayaan ekonomi warganya. Bupati Fauzi juga mendesain UMKM Sumenep bukan sebatas berdaya, tapi juga bisa dipasarkan secara global. [*]