Scroll untuk baca artikel
Hot Expose

Setya-Zon dan (mungkin) Proyek Politik 2019

Avatar photo
169
×

Setya-Zon dan (mungkin) Proyek Politik 2019

Sebarkan artikel ini

PRESS RELEASE
Koalisi Mahasiswa dan Pemuda Indonesia
(KMP-Indonesia)

Keterlibatan Setya Novanto, Ketua DPR RI, dan Fadli Zon, Wakil Ketua DPR RI, dalam agenda politik Donald Trump kini menuai sentimen buruk publik. Pasalnya, dalam beberapa tayangan videonya, Setya Novanto dan Fadli Zon terlihat mendukung satu kandidat capres Amerika Serikat itu dalam konferensi pers dalam kontrak dan sumpah kesetiaan Dobald Trump untuk menjadi kandidat calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik.

Secara esensial, kunjungan Setya-Zon ke Amerika Serikat untuk menghadiri pertemuan perwakilan parlemen dari tiap penjuru dunia di New York, markas besar PBB. Tapi apa lacur, kehadiran Setya-Zon pada konferensi pers Ronald Trump memang secara sosio-politis tidak relevan. Kapasitas Setya-Zon sebagai pejabat publik di Indonesia kiranya tidak etis dengan alasan apapun untuk turut berpartisipasi dalam percaturan politik, terutama memberi dukungan terhadap salah satu calon, di Amerika Serikat. Sangat mungkin, kehadiran Setya-Zon berpotensi menghadirkan indikasi kepentingan politis pribadi atau kelompok.

Sentimen negatif publik atas perilaku Setya-Zon memang bukan tanpa alasan. Klarifikasi mereka dengan berdalih bahwa kehadiran mereka hanyalah aktifitas spontan, tentu adalah alibi klise. Bagaimana mungkin, pertemuan yang kata mereka terjadi secara spontan itu berlangsung tidak singkat, dan dalam beberapa dialognya dengan Donald, mereka seperti bersinergi dengan kepentingan dan proyek politik Donald.

Selain itu, rekam jejak Donald sebagai pebisnis kaya raya dari negeri Paman Sam yang kontroversial ini menjadi salah satu alasan publik mengecam perilaku Setya-Zon. Dalam beberapa komentarnya, Zon bahkan menegaskan dukungan politiknya terhadap Trump. Meski begitu, Zon bahkan mengelak bahwa, meskipun dirinya secara moril tegas mendukung Trump, ia bahkan tidak punya hak suara di AS. Kemudian, dalih Setya-Zon adalah untuk memperkuat jalinan investasi Drump di Indonesia. Lagi-lagi, ini adalah praktik politik non-etis yang dilakukan pejabat publik yang tengah melaksanakan kunjungan memakai uang negara.

Berdasar pada rekam konstitusi, praktik Setya-Zon memang melanggar aturan legislasi. Kalaupun alasannya adalah diplomasi ekonomi, Setya-Zon bahkan secara terang-terangan memberikan dukungan politik mereka. Diplomasi ekonomi kiranya jauh landasannya dengan praksis kepentingan politik. Parahnya, praktik tidak santun yang dilakukan kedua pimpinan DPR ini bersamaan dengan kenyataan politik dan ekonomi di Indonesia yang amburadul. Ketiak rupiah melemah, kondisi sosial-politik yang tengah konstelatif, sangat lucu bahwa pimpinan DPR justru asyik berselfie dengan bakal calon presiden AS.

Bila ditarik secara personal, praktik Setya-Zon tentu bukan masalah. Tetapi jelas, sebagai politisi andal, mereka pasti paham bahwa geriknya akan selalu diteropong media dan akan dengan mudah dikonsumsi publik. Donald Trump tengan melakukan komunikasi politik untuk mengakomodir proyek politik akbar di AS, dan atas dasar apapun, pimpinan DPR RI tidak etis hadir pada momen yang politis itu. Mungkin saja, ketertarikan Setya-Zon hadir dalam kampanye pebisnis yang punya investasi besar di Indonesia itu berkaitan dengan proyek politik Gerindra-Golkar pada Pemilu 2019. Siapa tahu.

Asep Irama
Koorlap

#Email Redaksi: maduraexposenews@gmail.com