Scroll untuk baca artikel
Editor's Choice

Pilkada Sudah Didepan Mata, Kemana Pak Said Abdullah?

Avatar photo
279
×

Pilkada Sudah Didepan Mata, Kemana Pak Said Abdullah?

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi: MH Said Abdullah belusukan/Istimewa.

Pilkada Sumenep makin dekat, sudah didepan mata, kemana tokoh PDI Perjuangan MH Said Abdullah? Pertanyaan itu kerap dilontarkan sejumlah orang di warung kopi, gantinya ngopi ala cafe tradisional.

Sepintas terdengar biasa saja, candaan bisa, “Kemana Said Abdullah”, obrolan sekelompok orangpun kembali menghangat.

Seorang aktivis bertubuh tambun, panggil saja Kang Tambun nyeletuk sambil meletakkan segelas kopi “SUN”, bukan merek kopi, tapi nama pemilik warung, istrinya si Jamal. “Kalau sampai sedekat ini Pak Said Abdullah belum muncul, berarti Pilkada Sumenep masih aman-aman saja,” ujarnya dengan memek setengah berkelakar.

“Berarti rival politiknya Mas Fauzi Wongsojudo dianggap belum berbahaya gitu,” timpal Kang Amak dari sudut meja bagian barat dengan nada setengah bertanya.

Asal tahu, Warung Sun ini kerap dikerumuni banyak aktivis dan wartawan. Tempatnya tidak mewah, tapi strategis, dekat rumah dinas Wakil Bupati Sumenep Nyai Eva. Meski sederhana, fasilitas air bersih dan tempat shalat di warung itu lumayan oke, gratis lagi tanpa pamit, tinggal patuhi tulisan didinding, “Sehabis buang air kecil mohon disiram kembali,”, selesai, titik.

Hari ini, warung Sun kembali ramai, ada tim sukses paslon, wartawan dan akivis. Pokoknya seru banget. “Mana..mana, mana,” tiba-tiba suara Denny di akun medsos meraung-raung dari ponsel salah satu teman ngopi.

“Tahu nggak kalau hari ini lagi ramai berita ada daftar alumni 15 Pondok Pesantren yang dicatut mendukung salah satu paslon pilkada. Ayo tebak siapa?,” teriak seorang pria yang baru merapat diwarung itu.

Bukannya mendapat jawaban yang memuaskan, sejumlah orang yang ikut nimbrung ditempat itu malah serentak meledek pria tersebut.

“Hadowhh, kalau soal catut mencatut itu nggak ngerti siapa pelakunya Bos. Sekarang yang harus kita pikirkan bagaiman ide kita dapat cuan, iya nggak?,” timpal seorang pria lainnya. [bersambung…..]