Scroll untuk baca artikel
Expose Utama

Memilih Achmad Fauzi, Dari Merah Putihnya Cinta Sampai Merdeka!

Avatar photo
188
×

Memilih Achmad Fauzi, Dari Merah Putihnya Cinta Sampai Merdeka!

Sebarkan artikel ini

[vc_row][vc_column][vc_column_text]Catatan: Ferry Arbania*

Beberapa waktu lalu Aliansi Pemuda Kepulauan memberikan mandat berupa bendera Merah Putih kepada Bakal Calon Bupati Sumenep Achmad Fauzi agar menjadi penyemangat dalam memperjuangkan suara masyarakat arus bawah yang menginginkan kabupaten paling timur ini punya pemimpin yang masih muda namun telah kenyang sederet pengalaman di Ibu Kota, Jakarta.

Warna merah darah yang menyala tak sekadar menjadi warna kebesaran partai yang telah banyak melahirkan politisi bermoral hingga presiden. Begitu juga dengan mandat yang diberikan Aliansi Pemuda Kepulauan terhadap pencalonan Achmad Fauzi sebagai Bacabup Sumenep di Pilkada 9 Desember 2020.

Merah? Ya Merah. Dan kalau meminjam bahasa iklan yang pernah tayang distasiun telivisi swasta kira-kira begini,”Tunjukkan Merahmu!”. Dalam bahasan ini, soal mandat merah putih, menjadi sangat rasional meski hal ini dianggap sesuatu yang sangat lebay.

Warna merah seperti diungkap para pemuda yang berpendidikan itu, menunjukkan sikap seorang pemimpin yang berani mengambil resiko. Soal resiko, Achmad Fauzi sudah lama menelannya. Meninggalkan segala bentuk kemewahan di Ibu Kota, Jakarta.

Dengan segala usaha yang telah dijalankan dengan sukses. Namun karena jiwanya yang selalu merasa terpanggil untuk mengabdi di tanah kelahirannya di bumi Sumenep yang tengah kita pijak saat ini. Maka benar apa yang pernah diucapkan Budayawan kesohor Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, bahwa:
“Pemimpin yang terbaik adalah yang paling memiliki penguasaan diri untuk dipimpin. Maka seorang Pendito Ratu haruslah a man of nothing to loose. Tak khawatir kehilangan apa-apa. Jangankan harta benda, simpanan uang, seribu perusahaan, tanah, gunung dan tambang. Sedangkan dirinya sendiripun sudah tak dimiliknya, sebab telah diberikan kepada Tuhan dan rakyatnya”.

Maka pada sesi awal, pertamakali sebelum Achmad Fauzi menerima tawaran PDI Perjuangan untuk mendampingi KH.Busyro Karim di Pilkada Sumenep 2015 silam, pengusaha muda yang juga mantan wartawan tersebut, meski bergelimang harta karena bisnisnya yang berkembang pesat di Jakarta dan sejumlah daerah lainnya.
Kala itu, Achmad Fauzi tak sepeserpun mengeluarkan uang untuk mendapatkan rekom partai politik apalagi menyuap mati-matian parpol-parpol demi direkomendasikan menjadi calon Bupati ataupun calon wakil bupati.

“ Karena yang sebenarnya, Achmad Fauzi itu dilamar oleh parpol. Bukan melamar apalagi menyogok untuk menjadi Wakil Bupati. Malah saat itu, Pak Fauzi diminta maju sebagai Calon Bupati,” demikian sumber terpercaya dilingkaran orang kepercayaan Achmad Fauzi membuka fakta yang sebenarnya.

Lantas Kenapa Achmad Fauzi Menolak Dicalonkan Sebagai Bupati Sumenep pada Pilkada 2015 silam?

Disinilah mandat merah putih itu mewakili siapa sosok Achmad Fauzi yang sebenarnya. Pengusaha muda yang rendah hati, tak mudah menyulut api, meski kerap direndahkan oleh lawan politiknya.

Baginya, berbuat baik dan memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada masyarakat, itu jauh lebih penting dari sekadar meladeni cacian orang-orang yang bisa jadi hanya karena belum move on atas kekalahannya pada Pilkada sebelumnya.

Dalam sesi wawancara exclusive dengan Maduraexpose.com, Achmad Fauzi pernah membeberkan alasan menolak dicalonkan sebagai Bupati Sumenep melawan Busyro Karim pada Pilkada Sumenep 2015 silam.

Menurutnya, ada hubungan emosional yang sangat luar biasa antara Kiai Busyro dengan pihak keluarganya, terutama pamandanya MH Said Abdullah.

Tradisi saling menghormati dan melengkapi itu sudah terbangun sejak lama, hingga dua priode partainya dengan ikhlas mengalah dan penuh semangat mengusung Kiai Busyro Karim memimpin Sumenep selama dua priode.

“Dan karena pada Pilkada tahun ini Kiai Busyro tidak bisa lagi mencalonkan, kami pun bersepakat untuk maju. Keputusan ini tak hanya selaras dengan keputusan partai politik kami, tapi juga berkat restu para ulama dan kiai di Kabupaten Sumenep,” ungkapnya.

Sudah jelas, merahnya Achmad Fauzi adalah berani mengambil resiko. Berani meninggalkan kemewahan Jakarta manisnya Ibu Kota, demi satu niat tulus yang senantiasa tersemat disanubari, yakni melayani.

Merah dan Putih. Warna putih seolah telah menandai sosok Achmad Fauzi senantiasa tulus melayani para kiai dan ulama. Ikhlas melayani masyarakat Sumenep dengan penuh cinta dan kebersamaan tanpa pandang bulu.

“Maka dengan restu para ulama dan kiai serta masyarakat Sumenep, ijinkan kami melanjutkan kepemimpinan Buya (KH Busyro Karim) melalui Pilkada Sumenep 9 Desember 2020. Bismillah Melayani,” pungkasnya.

Catatan ini tak mewakili siapa-saiap, melainkan sekadar meluruskan nyanyian sumbang yang selalu merecoki arah angin yang berhembus dari semangat perjuangan. Boleh saja tulisan ini berlalu. Namun tidak ada salahnya, kita kembali merenungkan pesan bijak dari Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, Pahlawan Nasional dan pemimpin Sarekat Islam dari Indonesia 1882-1934 yang mengatakan,

“Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator”.

Selamat berteriak. Salam HUT RI ke-75 Indonesia Merdeka!

Sumenep Dini Hari, Senin 17 Agustus 2020

*) Wartawan Sontoloyo[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]