MADURA EXPOSE—Sejak dua pekan terakhir, kisruh proyek Pasar Anom Baru Sumenep terus bergolak hingga menimbulkan kegaduhan hebat dikalangan pejabat Pemkab, termasuk diinternal Bank BPRS Bhakti Sumekar yang diduga menjadi aliran dana pengerjaan proyek yang secara tidak langsung telah menggantung nasib para pedagang yang kiosnya mengalami kebakaran hebat beberapa tahun silam.
Kisruh Proyek Pasar Anom Baru ini terus saja menggelinding kian tak menentu. Pasalnya, pengerjaan proyek pada awalnya ditargetkan selesai pada akhir Desember 2015 lalu ternyata molor. Bahkan dengan tegas Kepala DPPKA, Didik Untung Samsidi meminta pihak kontraktor/investor segera menuntaskan proyek pada akhir Maret 2016. Namun kenyatannya, hingga melampaui pekan pertama bulan April, areal pasar yang menjadi puing-puing kebakaran masih amburadul karena proyek belum juga selesai dikerjakan.
Parahnya lagi, DPPKA yang awalnya sangat tegas memberikan dealine penyelesaian kepada investor, kini berubah 200 derajat dengan mengatakan penyelesaian proyek terserah pihak yang mengerjakan kapan diselesaikan.
Sejumlah kalangan menengarai, tidak tegasnya Pemkab, dalam hal ini DPPKA, karena diduga kuat setelah munculnya “perlawanan” dari pihak investor yang menuding lambannya penyelesaian proyek Pasar Anom Baru Sumenep itu bukan kesalahan investor maupun kontraktor yang mengerjakan.
“Pembangunan Pasar Anom Baru memang molor, tapi (itu) bukan kesalahan kami, melainkan Pemerintah Daerah (Pemkab Sumenep,Red)”, ujar Maryadi, Site Manager PT.Trisna Karya kepada awak media.
Maryadi menambahkan, molornya penyelesaian proyek pasar tradisional terbesar di Kabupaten Sumenep tersebut terganjal dengan pemindahan lapak pedagang yang terkena imbas pembangunan dipasrahkan kepada pihak investor.
Maryadi berdalih belum selesainya pembangunan itu disebabkan karena pemindahan pertokoan milik pedagang yang terkena pembangunan dipasrahkan kepada investor.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, penuntasan mega proyek pasar anom baru Sumenep diperkirakan menghabiskan dana non APBD sebesar Rp 40,3 miliar dengan luas lahan sekitar 80 meter persegi. Mega proyek ini dipasrahkan penuh kepada PT.Trisna Karya dan PT Mitra Abadi Jaya Enginering. Bangunan pasar berlantai dua tersebut dipersiapkan untuk para pedagang yang kiosnya terbakar pada tahun 2007 silam. Jumlah kios baru yang masih dibangun sekitar 212 unit.
Sekadar mengingatkan, kisruh proyek Pasar Anom Baru Sumenep ini berawal dari Ainur Rahman, Ketua FKPS yang melempar bola panas di media massa dengan memberikan pernyataan bahwa investor yang mengerjakan pasar anom baru diduga investor bayangan yang tidak memiliki modal. Ainur juga menduga investor bayangan ini dibiayai oleh Bank BPRS Bhakti Sumekar. Namun hal itu mendapat sanggahan juga dari salah satu kontraktor yang mengaku bernama Hadi.
“Makanya Ainur gk mau melanjutkan berita karena sudah dijelaskan dia”, demikian Hadi berdalih melalui SMS yang dikirim melalui ponsel salah satu Tim Investigasi Madura Expose – Pojok Kiri.
Sementara Ainur dikonfirmasi terkait pernyataan kontraktor tersebut justru memilih bungkam. [red/tim [bersambung…..]