Oleh: Ferry Arbania*
Masih segar dalam ingatan kita, ketika ratusan PKL Taman Adipura dipaksa pindah ke lapangan Giling Sumenep, hingga membuat mereka serentak turun jalan menggelar serangkaian aksi mengutuk kebijakan Pemkab yang saat itu dimandatkan kepada Wakil Bupati Sumenep Achmad Fauzi.
Padahal versi PKL, Wabup pernah menjanjikan peluang bagi mereka kembali ke areal taman, manakala jualan mereka tidak laku. Dan ternyata benar, berbulan-bulan nasib ratusan PKL yang di depan giling semakin terpuruk karena omset mereka terjun bebas. R
Yang lebih menyedihkan lagi, para pedagang kaki lima ini kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih, meski untuk sekadar buang air kecil dan berwudu’. Belum lagi keberpihakan media tertentu yang dekat Wabup Achmad Fauzi yang membabi buta.
Hal itu dibuktikan dengan munculnya berita “pesanan” yang dengan sesuka hati menulis berita hoax dengan menyebut omset PKL dilapangan Giling naik drastis. Padahal saat itu, nasib PKL paguyuban benar-benar sedang terpuruk.
Akibatnya, salah satu wartawan profesional yang tidak ikut “berdosa” menjadi sasaran kemarahan PKL yang tengah berunjuk rasa.
Rupanya penderitaan ratusan PKL ini tak membuat hati Wabup Fauzi terketuk untuk mengembalikan ratusan PKL ketempat semula. Atau setidaknya, dipindahkan ke tempat yang lebih layak dan prospek untuk para pembeli. Hal itu membuat ratusan PKL seperti frustasi.
Akibatnya mereka menggelar aksi dan membawa poster bernada kecaman seperti “Wabup Si Tangan Besi”. Tak hanya itu, diluar dugaan mereka nekad untuk kembali lagi ke areal taman bunga. Disinilah, naluri pemimpin diuji untuk ber-empaty kepada rakyatnya untuk berbelas kasih. Namun yang terjadi, ratusan pedagang malang ini malah hendak dibenturkan dengan aparat dan Satpol PP.
Dan kini, ratusan PKL tengah digiring untuk menempati kawasan baru dekat pasar Bangkal Sumenep. Ditempat yang mulai dibangun ini, sejarah ratusan pedagang yang telah berjasa merawat dan menghidupkan Taman Adipura itu akan musnah.
Namun siapa bisa menebak, ketika misalnya, diluar nalar kita, tiba-tiba mereka menggeliat dan merasa gerah atau tidak betah ditempat “pengasingan” baru mereka nantinya. Sementara para penegak Perda di Sumenep terkesan setengah hati melakukan penindakan terhadap para penjual yang hingga hari ini masih bebas berjualan di Taman Adipura Sumenep.
Tanpa bermaksud mengggurui , atau menganggap kemanusiaan telah dientengkan di bumi Sumenep yang kita pijak saat ini, penulis mengajak semuanya merenung sambil membayangkan kita pemimpin daerah yang lebih manusiawi dalam menyelesaikan nasib ratusan PKL yang hampir seluruh kota menjadi ikon yang sulit dipisahkan.
Setidaknya, mari kita merenung apa yang pernah dilontarkan oleh Jonh Lubbock, pakar biologi Inggris yang kira-kira begini, “Jika ragu dalam melakukan sesuatu, sebaiknya tanya kepada diri sendiri, apa yang kita inginkan esok hari dari apa yang telah kita lakukan sebelumnya” [Bersambung….]
*) Pimred MaduraExpose.com