SUMENEP – Sebuah kisah nyata yang melampaui batas nalar dan logika pernah menyita perhatian publik Sumenep. Pada Senin, 2 Juli 2012, Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, bukan hanya diguncang gelombang protes warga, tetapi juga dihantui fenomena supranatural yang mengerikan.
Di tengah perlawanan sengit menolak eksplorasi migas di Sumur ENC-1, dua warga Desa Tanjung mendadak kerasukan roh halus (kesurupan), seolah alam gaib pun turut murka melawan korporasi!
Kejadian mistis ini berlangsung di lokasi digelarnya kegiatan istighotsah dan doa bersama, sebuah acara yang dihadiri langsung oleh Bupati Sumenep, Drs. KH. A. Busyro Karim, M.Si, beserta Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) dan para kiai. Kedatangan massa penolak, yang mayoritas adalah kaum perempuan, sudah membuat suasana mencekam. Namun, ketika teriakan histeris kesurupan memecah udara, acara tersebut langsung berlangsung singkat dan kacau.
Perlawanan Gaib di Tengah Doa Bersama
Kehebohan ini berakar dari kecurigaan warga terhadap kegiatan istighotsah tersebut. Warga merasa tidak semua diundang, dan menengarai kegiatan doa bersama itu adalah manuver halus untuk menandai dilanjutkannya eksplorasi migas oleh PT. Energi Mineral Langgeng (EML).
“Hanya sebagian warga yang diundang. Kami curiga kalau istighotsah itu merupakan tanda akan dilanjutkannya ekplorasi. Makanya, kami berbondong-bondong datangi lokasi doa bersama ini, sebab kami menolak ekplorasi itu dilanjutkan,” terang Iksan, salah seorang warga setempat.
Peristiwa kesurupan tersebut dianggap sebagai benteng terakhir alam yang menolak izin pengeboran sumur gas ENC-1.
Tiada Kompromi: Warga Bersumpah Menolak Eksplorasi!
Sejak PT. EML meresmikan penanjakan sumur gas ENC-1 pada 3 April 2012, Desa Tanjung telah menjadi medan pertempuran antara korporasi dan masyarakat. Ratusan warga sudah berdemonstrasi di Kantor Bupati dan DPRD Sumenep pada 15 Mei 2012, dan kini perlawanan mereka mencapai titik histeris.
Juhairiyah, warga Desa Tanjung, menegaskan bahwa penolakan mereka bersifat mutlak dan tidak bisa ditawar.
“Tidak ada kata kompromi dalam hal ini. Kami tetap menolak, dan harus ditutup eksplorasi migas di Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi,” tegasnya lantang.
Sejak penolakan besar-besaran itu, PT. EML memang sudah menghentikan aktivitas pengeboran sejak 21 Mei 2012 dan berjanji akan melakukan sosialisasi ulang. Namun, di mata warga Saronggi, janji tersebut hanyalah taktik.
Kisah kesurupan massal di lokasi doa bersama ini menjadi babak paling dramatis dan menyeramkan dalam sejarah perlawanan rakyat terhadap migas di Sumenep. Ini adalah peringatan nyata bahwa energi bumi di Saronggi dijaga oleh kekuatan yang tidak dapat ditaklukkan oleh izin atau modal korporasi.
[kab/nta/dbs/gim/fer]
















