Scroll untuk baca artikel
Catatan RedaksiHeadline NewsPilkada

Unais-Ali Fikri Bersatu Fokus Perubahan, Kekuatan Finansial Tak Lagi Jadi Ukuran

Avatar photo
1392
×

Unais-Ali Fikri Bersatu Fokus Perubahan, Kekuatan Finansial Tak Lagi Jadi Ukuran

Sebarkan artikel ini

Oleh Ferry Arbania

Obrolan tentang calon Pilkada Sumenep 2024 yang ditargetkan mampu melawan petahana menjadi perbincangan menarik, mulai dari cafe-cafe, rumah makan hingga warung kopi tak jauh dari Rumah Dinas Wakil Bupati, yang oleh sebagian pecinta kopi disebut-sebut sebagai “Kopi Joninya Hotman Paris” di Sumenep. Warung sederhana dengan pedagang yang ramah, orang-orang memplesetkan dengan istilah “Warung Sun Institute”.

Saking ramainya penikmat kopi di Warung Sun itu, seorang Reporter Radio sampai-sampai membuatkan Grup WA dengan nama SUN INSTITUTE.

Beberapa group WA aktivis di Sumenep sejak dua hari terakhir ramai perbincangan soal pencalonan KH Unais Ali Hisyam (Ponpes Aswaj) dan KH Ali Fikri (Ponpes Annuqayah) yang digadang-gadang menjadi kekuatan kunci dalam menyatukan suara Ulama dan Santri menjelang Pilkada Sumenep 2024.

Banyak pihak, termasuk sejumlah elit politik di Sumenep menaruh harapan besar bersatunya KH Ali Fikri dan KH Unais Ali Hisyam dalam pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati yang dijadwalkan November 2024. Bahkan sejumlah Netizen di sejumlah grup WA dengan sangat yakinnya, apabila dua tokoh pesantren itu menjadi satu pasangan calon, maka Paslon lain pasti dibuat tak berkutik.

Ada juga yang mengusulkan, andaikata KH Unais tak direkom lagi oleh parpolnya (PKB), maka sebaiknya melalui kendaraan PPP dan parpol koalisi lainnya seperti dilakukan KH Ramdlan Siraj pada Pilkada 2005 KH. saat berpasangan dengan Drs. Moh. Dahlan, yang tetap menang tanpa PKB.

“Mun Kiai Unais dan Kiai Fikri jadi pasangan calon, calon SE Laen tedung (kalau Kiai Unais dan Kiai Fikri jadi satu Paslon, maka calon yang lain tidur, ” celetuk Netizen di salah satu grup WA.

Fenomena Unais -Ali Fikri ini sepertinya akan membuat kerepotan elit PDI Perjuangan sebagai pengusung petahana. Pasalnya dua tokoh tersebut seolah menjadi simbol bersatunya kekuatan tokoh Pesantren dan masyarakat santri.

Belum lagi, situasi politik pasca Pilpres secara tidak langsung akan mengubah peta kekuatan politik ditingkat daerah. Taruh contoh, Partai Gerindra, yang merupakan partainya Prabowo Subianto yang terpilih menjadi Presiden akan mencalonkan sendiri kadernya atau setidaknya mendukung calon yang tidak diusung oleh PDIP yang selama dua priode menjadi parpol penguasa mengantarkan Jokowi dua priode.

Politik memang dinamis dan banyak orang hanya mampu meraba-raba kemungkinan manuver politiknya pada Pilkada Sumenep.

Semisal kemungkinan Gerindra tak lagi bersama PDI Perjuangan dalam mengusung Paslon di Pilkada Sumenep 2024. Itupun menjadi sangat mungkin karena pendekatan yang intens dari kubu KH Unais Ali Hisyam dan KH Fikri yang masih memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Ketua Gerindra Sumenep KH Ilyasi Siraj, adik kandung KH Ramdlan Siraj mantan Bupati Sumenep dua priode.

Situasi politik daerah saat ini (khususnya Sumenep) oleh kalangan elit politik dinilai paling rumit dan sulit ditebak.

Saking rumitnya, salah satu elit PDIP Sumenep keceplos bilang “Pilkada Sumenep kali ini paling ruwet”.

Kerinduan masyarakat Sumenep untuk dipimpin oleh Tokoh Pesantren sudah tak terbendung, meski secara kalkulasi finansial, bisa saja penantang petahana kalah jauh dari sisi “Ongkos Politik”, namun apabila ghiroh perubahan itu terus didengungkan, maka bukan mustahil akan melahirkan kekuatan politik yang mungkin saja sanggup mengetuk kesadaran masyarakat untuk memenangkan perubahan. (*)