ita Nurlita Setia, PNS Depok yang merupakan penulis buku “Terjebak di Dunia Maya; Cara Sehat Menggunakan Internet untuk Anak-Anak”
MADURA EXPOSE–Sosok pahlawan bukan sekadar mereka yang mengangkat bambu runcing di masa penjajahan. Aksi kepedulian untuk menjawab tantangan sekitar mampu mengangkat seorang PNS Pemkot Depok nan cantik sebagai pahlawan anak-anak.
Rita Nurlita Setia, begitu namanya. Dia merupakan penulis buku “Terjebak di Dunia Maya; Cara Sehat Menggunakan Internet untuk Anak-Anak”. Buku tersebut dia telurkan bulan lalu lantaran keprihatinan terhadap fenomena penggunaan intrnet di kalangan anak-anak yang kian bebas. Banyak orangtua yang dia kenal mengeluhkan ketidakberdayaan saat anak mereka diterpa serangan dunia maya maupun tayangan televisi.
“Banyak fenomena ibu-ibu beri fasilitas gadget, tapi kemudian merasa anaknya mulai kecanduan. Orangtua saja belum tahu manfaat teknologi, apalagi anak-anak,” katanya kepada Depok News,
Buku ini tidak bersifat menggurui bagi anak-anak di atas usia 3 tahun sebagai sasarannya. Dengan genre fakta dan fiksi, anak justru diajak berpetualang bersama empat tokoh di dalamnya. Alfath, Sekar, Bintang, dan Rama lompat dari satu cerita ke cerita lain dengan latar dan pesan penulisan yang berbeda. Pada akhirnya, tiga tokoh akan menyadari bahwa Rama, yang terkesan baik, ternyata sebaliknya. Sosok Rama inilah yang menjadi representasi internet.
Tujuan Rita menuliskan buku ini agar anak mampu memilih konten yang baik untuknya. Nyatanya, orangtua tidak lagi dapat meminta anak menjauhi internet karena tuntutan zamannya kini berbeda. Rita sendiri pernah berada pada fase tersebut karena menerima banyak informasi bahaya internet, tapi kemudian tersadar bahwa internet pun bisa menjadi sahabat bagi anak.
“Internet punya banyak manfaat juga negatifnya. Buku ini diharapkan jadi imunitas bagi anak ketika membuka konten tersebut, mana yang baik dan buruk,” imbuh ibu dari Gianina (8) dan Aliandra (4) ini.
Menurutnya, anak-anak menjadi sasaran karena kerentanannya terhadap bahaya internet. Sementara, remaja dan dewasa cenderung lebih bisa mencari sendiri manfaat maupun bahaya internet lewat banyak sarana.
Selanjutnya, buku ini membantu orangtua untuk memberi pendampingan dan edukasi terbaik bagi anak. Teknologi bisa bermanfaat jika tahu trik menguasainya. Buktinya, banyak anak muda keliling dunia dan mapan secara finansial berkat penguasaan itu.
“Dampingi dan batasi waktu anak mendapatkan paparan internet maupun televisi. Baiknya dua jam per hari, atau dengan kompromi bareng anak,” jelas alumni Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba), Jawa Barat, ini.
Sebenarnya, materi internet sehat bukan hal baru bagi Rita. Pegawai Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Depok ini kerap memberikan sosialisasi internet sehat di kalangan siswa. Pihaknya juga beberapa kali menggelar sidak internet sehat, dan mendapati banyak siswa justru nongkrong di warnet pada jam pelajaran.
Di Diskominfo pula, mantan reporter Tabloid MQ Bandung ini bertemu banyak komunitas maupun pakar IT (information technology) hingga ilmu dari mereka terekam dalam memorinya. Rita sempat bertemu komunitas beranggotakan siswa SMA dan kuliah, dan bertanya mengapa mereka bisa kreatif menciptakan aplikasi ataupun start up. Dia menemukan jawaban bahwa mereka berinteraksi dengan komputer sejak kecil kemudian dibimbing orangtua untuk mengasah kemampuan tersebut.
“Diskominfo sangat mendukung, program ke depan saya akan melanjutkan. Dari luar sudah banyak yang mengundang untuk bicara internet sehat, baik sebagai PNS Diskominfo maupun penulis,” pungkas penerima penghargaan pemimpin muda pada ajang Hewlett-Packard Indonesian Young Leadership Award ini.
(fyu/dpk)