Scroll untuk baca artikel
Expose UtamaRANAH PESANTREN

Mengaji Dari Kicauan Dzikir Nur Faizin Darain di Twitter

Avatar photo
280
×

Mengaji Dari Kicauan Dzikir Nur Faizin Darain di Twitter

Sebarkan artikel ini

Oleh:Ferry Arbania

Cuitan Nur Faizin Darain di akun Twitternya baru-baru ini cukup membuat netizen dan mungkin penulis juga tergugah. Sederhana dan mengalir saja dia menulis pendek.

“Penyuka Ac Milan dan Kopi
Sesekali Berpikir kadang Berdzikir”,

Ac Milan dan Kopi. Berpikir dan Berdzikir. Kira-kira begini kalau disederhanakan lagi. Nalar kita sesaat berlari-lari dilapangan hijau, melihat para pemain sepakbola mengejar bola, mengejar target kemenangan, goal dari gawang lawan. Tapi tak sederhana. Penuh perjuangan, mematikan.

Banyak rintangan demi menjemput impian, skil yang mapan dan stamina yang cukup kadang tak cukup mengantarkan seorang striker handal menjadi bintang. Hal yang perlu diperhatikan para pemain, sang juara itu, yakni totalitas namun tidak offside.

Selain masalah offside, banyak hal yang terus dihindari para pemain lapangan. Meski bukan momok, namun bisa fatal bila mengabaikan. Apa itu? “Kartu Kuning Dan Merah”.
Ini bukn hanya soal kertas dan warna. Lebih dari itu, titik tekannya adalah sportipitas dan profesionalisme. Tidak Offside Tidak kena kartu wasit yang menjengkelkan.

Lantas apa hubungannya dengan cuitan Nur Faizin Darain, yang saat ini menjadi Caleg DPRD jatim dari Partai Kebangkitan Bangsa? Sama sekali tak ada koralisinya dengan sepak bola. Karenan pria asal Sumenep itu bukan pesepak bola, tapi politisi. Lalu apa menariknya? Penulis melihat ada inspirasi, energi mellineal ketokohan dari cara sudut pandang menumpahkan idenya. Meksi metaforanya Ac milan dan Kopi. Seolah kita hendak bertahan dari kantuk sebelum menyelesaikan permainan yang yang menghasilkan tontotan yang baik, pendidikan politik yang hijau dan menyejukkan anak bangsa.

Nur Faizin Darain, “Sesekali Kita Berpikir kadang Berdzikir”.

Ini kalimat yang sangat menarik untuk dipertentangkan. Tapi penulis lebih sreg untuk direnungkan. Alasannya sederhana saja. Bagi seseorang yang ingin mencapai maqam dzikir, maka harus banyak memulai dari berpikir (Bersambung….. ).