MADURA EXPOSE—Selama tiga bulan menyimpan borok Humas Protokol Pemkab Sumenep, akhirnya kalangan awak media angkat suara terkait borok dibagian Humas Protokol Pemkab Sumenep yang diduga sengaja tidak membayar uang iklan ucapan pelantikan Bupati Busyro dan Wabup Achmad Fauzi pada Februari 2016 lalu di Surabaya.
Tidak dibayarnya uang iklan ini membuat kalangan wartawan gerah dan lansgung mendatangi Didik Suyuti, Kabag Humas Protokol Pemkab Sumenep. Kedatangan mereka, tak hanya menagih uang media, melainkan juga mempertanyakan tidak jelasnya posting anggaran yang dicairkan melalui media.
Bahkan informasi yang berkembang dikalangan wartawan, dana iklan yang dianggarkan dalam setahun berjumlah Rp400 juta itu dinilai tidak transparan dan diduga kuat dijadikan bancakan oknum tertentu. Bahkan, beberapa wartawan harian yang tiap hasi eksis menulis berita, ikut menjadi korban kebijakan “brutal” bagian Humas Pemkab Sumenep.
“Selama saya bertugas disini tidak pernah mendapatkan iklan dari Humas Pemkab,” demikian pengakuan Busri Thoha, salah satu wartawan harian di ruang kerja Kabag Humas Pemkab Sumenep, Didik Dihyah) Suyuti, Selasa 17 Mei 2016.
Bahkan Roni Hartono, salah satu pemilik media menuding sengaja ada permainan dari soal jatah iklan, termasuk pilih kasih media berdasarka kedekatan personal semata.
“Kalau boleh saya bilang, Kabag Humas Pemkab itu mencairkan iklan hanya berdasarkan suka tidak suka dalam pertemanan pribadi. Buktinya, ada media yang jarang nulis berita dapat iklan dan uangnya lebih cepat dicairkan,” ujarnya.
Pengakuan yang tak kalah menyakitkan disampaikan Samaudi, wartawan regional Jawa Timur, harus jadi pemecatan sepihak dari medianya, karena uang iklan yang tayang dimedianya tak kunjung dibayar.
“Masak uang pelantikan Bupati da Wabup Sumenep yang sudah tayang bulan Februari sampai sekarang tidak dibayar. Kabag Humas Pemkab ini benar-benar nggak beres. Memaluka sekali kalau dibiarkan begini,” sesalnya.
Meurut Samaudin, tidak dibayarnya uang iklan pelantikan Bupati dan Wabup Sumenep yang hanya cukup dibelikan dua ekor ayam kampung itu memang patut disayangkan banyak pihak.
“Harga iklannya juga tidak seberapa, paling hanya cukup beli dua ekor ayam kampung. Sudah segitu bayarnya juga berbelit-belit. Lama sekali, memalukan memang,”pungkasnya.
Sementara Didik Suyuti mengakui semua keluhan yang disampaikan wartawan tersebut dengan dalih, masih dalam proses pembayaran karena harus ngantri yang lainnya. Didik membantah jika pembagian dana iklan itu tidak berdasarkan regulasi, seperti oplah, visitor maupun jaungkauan untuk radio.
“Kami sudah lakukan, tapi terus terang kami terus berbenah. Dan kedatangan teman-teman media adalah masukan berharga bagi kami,” pungkasnya.[bsr/fer]