Sumenep, MaduraExpose.com- Meski Kabupaten Sumenep dikenal memiliki aset pariwisata yang sangat banyak, namun sejauh ini masih belum bisa mengelola dengan maksimal hingga berpengaruh pada minimnya pendapatan tiap tahunnya yang hanya berkisar Rp 268 Juta.
Kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) sektor pariwisata ini patut disayangkan semua pihak, apalagi sejauh ini, pemerintah daerah lebih banyak terkonsentrasi dengan beberapa aset saja yakni objek wisata Pantai Slopeng, Pantai Lombang dan Museum Keraton Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Sedangkan objek wisata religi seperti Asta Tinggi dan wisata bahari dikelola perorangan atau non pemerintah daerah yang tidak menyetor APBD terhadap pemerintah Kabupaten Sumenep.
“Untuk pengembangan wisata di Sumenep terekendala infrastruktur dan transportasi menuju kepulauan”, demikian alibi Sufianto, Kepala Disbudparpora Sumenep, saat berbincang dengan MaduraExpose.com, beberapa hari lalu.
Akibat miskinnya transportasi laut akses kepulauan Sumenep itu, lanjut Sofi, banyak objek wisata kepulauan seperti yang terdapat di Pulau Gililabak, Pulau Pasir di Sapeken dan Wisata Kesehatan di Pulau Giliyang dibiarkan terlantar.
Sementara Zainuri, pemerhati aset kebudayaan dari Sumekar Network menuding, kecilnya pendapatan sektor Pariwisata di Sumenep, menunjukkan lemahnya SDM dibirokrasi yang selama hampir 5 tahun dipimpin oleh Abussidik.
“Saya pikir Disbudparpora sangat lamban memajukan sektor pariwisata kita. Kalau dinas bilang kendalanya karena transportasi kepulauan, itu sama halnya mencari kambing hitam”, kritik Zainuri kepada MaduraExpose.com.
(m2d/fer)