Selain minyak dan gas, Sumenep juga memiliki potensi laut dan pertanian yang cukup besar. Selama hampir lima tahun terakhir, Bupati Sumenep Abuya Busyro Karim terus mengandalkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UKMK) untuk mendongkrak produk olahan.
SEBAGIAN penduduk Sumenep memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Di saat para bapak berlayar, para ibu digerakkan oleh Bupati Sumenep Abuya Busyro Karim. Mereka diajak untuk ikut meningkatkan derajat ekonomi keluarga.
Masyarakat diajak menciptakan produk unggulan dari hasil pertanian dan laut. Dibentuk kelompok-kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang fokus menghasilkan produk olahan. Dibentuklah kelompok nelayan perempuan dan kelompok wanita tani. ”Peran perempuan bisa membantu ekonomi keluarga,” kata Busyro saat diwawancarai Jawa Pos di rumah dinasnya Selasa lalu (27/1).
Salah satu produk unggulan Sumenep adalah mi jagung. Keunggulan mi tersebut,kata Busyro, adalah rendah kolesterol. Sekarang makanan yang dibuat dari jagung itu sudah masuk mini market dan toko modern lainnya.
Selain itu ada daun kelor yang bisa dimanfaatkan menjadi berbagai produk olahan. Daun kelor yang selama ini hanya digunakan sayur bisa diolah menjadi produk yang menarik. Daun kelor bisa dijadikan teh. Menurut pria yang pernah mengikuti pendidikan singkat di Harvard Kennedy School itu, teh daun kelor sudah cukup populer. Selain dijadikan teh, daun kelor juga dijadikan ekstrak dan kapsul herbal. Produk itu juga sudah masuk toko. Satu lagi, daun kelor juga diolah menjadi tepung.
Produk olah laut juga menjadi andalan. Salah satunya olahan rumput laut. Tumbuhan laut itu menjadi makanan dan minuman. Ada es rumput laut, dan ada juga kue dari bahan rumput laut. Bahkan, rumput laut sudah diekspor ke luar negeri. ”Kualitas rumput laut di sini sudah diakui,” kata suami Nurfitriana itu.
Beberapa bulan yang lalu, Kelompok Wanita Tani (KWT) Sumenep diundang ke Australia. Perwakilan dari Sumenep itu memaparkan kualitas dan olahan rumput laut. Mereka juga menunjukkan produk jadi yang siap dikonsumsi kepada masyarakat negeri Kanguru itu. Selain rumput laut, banyak makanan yang dibuat dari bahan ikan. Seperti kerupuk, dan rengginang.
Mantan Ketua DPRD Sumenep itu menyatakan, pihaknya melakukan tiga hal dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Yaitu membantu modal, meningkatkan sumber daya manusia (SDM), dan membantu pemasaran. Modal yang diberikan bergantung besar kecil usaha. Ada yang diberi bantuan Rp 1 juta, Rp 2 juta, bahkan ada yang diberi bantuan modal Rp 20 juta.
Sedangkan untuk peningkatan SDM, pemkab gencar melakukan pertanian. Mereka dilatih menciptakan produk-produk baru. Tidak hanya dilatih, masyarakat juga diberi alat sebagai modal membuat produk. ”Kalau hanya dilatih, mereka tidak mengembangkan ilmunya. Harus diberi bantuan alat,” ujarnya.
Sementara untuk pemasarannya, Pemkab Sumenep aktif mengadakan pameran. Pemilik UMKM bisa mengikuti pameran untuk menjual produk mereka. Pada Senin (19/1) lalu misalnya, Busyro membuka gerai pusat oleh-oleh yang diberinama Wiraraja. Toko modern itu lokasinya cukup strategis, yaitu di Jalan Trunojoyo Nomor 141.
Berbagai produk UKM dipajang di tempati itu. Misalnya, amplang ikan, kerupuk rajungan, rengginang Ikan Tengiri, abon ikan. Di gerai itu juga dipasarkan berbagai jenis batik Sumenep. Menurut Busyro setiap warga yang mempunyai produk bisa dijual melalui gerai tersebut.
Andalkan Giliyang untuk Wisata Kesehatan
Pantai di Kabupaten Sumenep kini menjadi destinasi wisata yang menarik. Salah satunya Pulau Giliyang. Selain pantainya bagus, pulau tersebut memiliki kadar oksigen yang sangat tinggi. Pemkab Sumenep pun memproyeksikan pulau tersebut menjadi destinasi wisata kesehatan.
Sejak menjabat bupati, Bupati Sumenep Abuya Busyro Karim gencar mempromosikan tempat wisata alam itu. ”Sebelum saya jadi bupati, Pulau Giliyang tidak banyak dikenal,” kata Ketua DPC PKB Sumenep itu.
Pulau itu menarik dikunjungi, karena mempunyai kadar oksigen terbaik se-Asia dan kedua di dunia. Menurut Busyro, banyak lembaga yang sudah melakukan kajian di pulau tersebut. Seperti Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan).
Kedua lembaga itu menyebutkan bahwa kandungan oksigen di pulau itu mencapai 21 persen. Angka itu menunjukkan kandungan oksigen dia atas rata-rata baku normal sebuah daerah yang tidak terkontaminasi adanya pencemaran. Pengunjung pulau tersebut akan merasakan sejuknya udara. Penduduk yang tinggal di pulau tersebut rata-rata panjang umur. Banyak berusia di atas 90 tahun. Bahkan ad warga yang berusia 110 tahun.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengembangkan wilayah itu. Seperti pembangunan jalan. Baik akses menuju ke pulau atau jalan yang ada di dalam pulau itu. Dermaga yang menjadi sandar kapal dan perahu juga dibangun. Pasokan air bersih juga dijaga.
Nantinya, kata Busyro, dia akan membentuk unit pelaksana teknis (UPT) Pulau Giliyang. Jika instansi itu sudah dibentuk, Busyro optimistis wisatawan semakin banyak yang datang. Apalagi di Sumenep sudah ada Bandara Trunojoyo. Bandara itu baru dilalui pesawat perintis.
Sumenep juga mempunyai dua pantai yang menjadi favorit wisatawan. Yaitu Pantai Lombang dan Pantai Slopeng. Pasirnya yang putih menjadi daya tarik sendiri. Selain itu, pantai itu juga banyak ditumbuhi pohon cemara udang. Menurut Busyro, tanaman itu dibawa pelaut dari Tiongkok pada abad 15. Saat itu, banyak orang Tiongkok yang datang ke Sumenep dan menetap di daerah tersebut.
Pantai Slopeng juga tidak kalah menariknya. Pasir di pantai itu juga putih. Hamparan pasir putih di pantai itu mencapai sekitar 6 kilometer. Pantai itu berjarak sekitar 21 kilometer dari Kota Sumenep. Sejak dibangunnnya Jembatan Suramadu, semakin banyak wisatawan yang datang.
Tidak hanya kaya dengan pantai, Sumenep juga kaya dengan minyak dan gas (migas). Saat ini baru dua lokasi yang aktif dieksplorasi. Yaitu Pagerungan dan Gili Genting. Keduanya dikelola pihak swasta. Dari dua lokasi, Pemkab mendapatkan dana bagi hasil (DBH) sekitar Rp 21,3 miliar. ”Angka itu kecil dibanding APBD Sumenep 2015 yang mencapai Rp 2 triliun,” terang Busyro.
Ke depan, akan ada enam lokasi lagi yang akan dijadikan pengeboran migas. Saat berbagai izin masih diurus. Pengurusan izin itu membutuhkan waktu lama. Bisa sampai 8 tahun izin baru kelar. ”Kalau kami kan hanya menangani izin lokasi. Izin yang lain ka pusat,” terang dia.
(lum/tom)
Sumber: Jawa Pos