MADURAEXPOSE.COM– Salah satu tahapan dalam pertanian adalah membajak, proses ini digunakan untuk membuat tanah menjadi lebih gembur. Dahulu sawah pertanian rata-rata bisa dibilang proses membajak sawah menggunakan binatang ternak seperti kerbau dan terkadang sapi dalam hal ini bisa di sebut “Nyingkal” (bahasa Jawa), atau membajak sawah dengan alat tradisional.
Hal itu dilakukan bukan berarti sejumlah petani tidak mau menggunakan bajak mesin atau traktor. Namun, kondisi daerah, membuat sebagian petani di bilangan merasa kesulitan jika harus membawa bajak mesin atau traktor.
Meski tidak semua petani melakukannya, namun alat bajak tradisional tersebut masih menjadi andalan untuk mengerjakan lahan pertanian di wilayah setempat seperti di Dusun Piyangan Desa Tambaksari, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep. Madura-Jawa Timur. Jum’at, (5/1/2018).
Babinsa Koramil 0827/13 Rubaru Serda Subaidi disaat membantu Bapak Jaenal membajak ladang di Dusun Piyangan Desa Tambaksari, Kecamatan Rubaru, menjelaskan sebagaimana diketahui kalau membajak sawah menggunakan hewan (Sapi atau Kerbau) secara waktu memang lebih lama, tetapi tidak menimbulkan pencemaran pada tanah malah kadang mereka buang kotoran dan bisa menjadi pupuk alami untuk kesuburan tanah.
“Sementara dengan mesin traktor, dari segi pengerjaan memang jauh lebih cepat tetapi yang namanya mesin disitu ada oli ada bahan bakar yang tidak jarang suka tumpah ke areal pesawahan dan mengakibatkan hilangnya unsur-unsur penyubur tanah.,” ungkapny.
Kapten Inf. Imam Fitri Harto Danramil 0827/13 Rubaru mengatakan keuntungan yang didapat selama pengolahan demi tercapainya hasil panen untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional yaitu gulma mati yang kemudian akan membusuk menjadi humus, airisasi tanah menjadi lebih baik dan lapisan bawah tanah jenuh air sehingga dapat menghemat air.
(sur/fer)