Jakarta (MaduraExpose.com) – Seperti minyak dan air, dua kubu di PPP diyakini tak bisa islah. Begitulah Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan kubu Romahurmuziy (Romi) Syaifullah Tamliha mengungkapkan rasa pesimisnya atas penyelesaikan konflik PPP.
Padahal penyelesaian konflik internal itu mendesak dilakukan menjelang dibukanya pendaftaran calon kepala daerah pada 26-28 Juli mendatang. “Saya tidak yakin PPP bisa islah, seperti minyak dan air,” kata Tamliha di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (11/6/2015).
Islah dimaksud merujuk pada Peraturan KPU tentang Pencalonan dalam Pilkada, bahwa partai yang SK kepengurusannya dalam sengketa pengadilan tidak bisa mendaftarkan calon di Pilkada kecuali sudah inkrah atau ada islah.
Tamliha mengatakan, kedua pimpinan kubu yaitu Djan Faridz dan Romahurmuziy saling bersikukuh mengklaim muktamar dan kepengurusannya yang sah. Buntutnya, di Pilkada nanti kader PPP tak bisa mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah.
“Saya bicara apa adanya. Saya mau nyalon gubernur puyeng juga,” ujar anggota komisi I DPR itu.
“Saya berharap mulai frustrasinya kader PPP di bawah karena tidak bisa nyalon bisa dituntaskan mereka berdua (Romi dan Djan). Berdosa besar jika PPP tak bisa mencalonkan kepala daerah karena bertentangan dengan UU parpol,” imbuhnya.
Meski begitu, Tamliha berharap ada musyawarah di antara kedua belah pihak. Menurutnya, seseorang masuk PPP itu karena ibadah, bukan untuk bertengkar seperti sekarang.
“Semestinya kalau terjadi kevakuman dalam kepengurusan partai, dalam AD/ART maka solusinya muktamar luar biasa. Itu lebih elegan. Saya tidak tahu pertimbangan mereka kenapa tidak mau Muktamar Luar Biasa,” ucapnya.
(bal/erd/dtk)