Bandara Trunojoyo di Sumenep mencatat sejarah unik: diresmikan dua kali sebagai bandara komersial. Peristiwa pertama pada tahun 2014 oleh Bupati A. Busyro Karim menandai sebuah inisiatif lokal yang ambisius.
Delapan tahun kemudian, pada tahun 2022, peresmian kembali oleh Presiden Joko Widodo menandai pengakuan dan peningkatan status Bandara Trunojoyo menjadi aset konektivitas nasional.
Perbedaan momentum dan skala kedua peresmian ini merefleksikan sebuah perjalanan panjang Sumenep dalam membuka isolasi geografis, serta tantangan laten dalam menjaga keberlanjutan penerbangan komersial di wilayah tersebut.
Peresmian Pertama (2014): Ambisi Lokal dan Uji Coba Komersial
Peresmian pada 14 Juli 2014 di era Bupati KH. A. Busyro Karim, yang ditandai dengan doa bersama dan pelepasan balon udara, adalah wujud semangat lokal untuk memecah ketertinggalan. Saat itu, Bandara Trunojoyo yang dibangun sejak era 1970-an baru resmi ditetapkan sebagai bandara komersial.
Fokus Utama 2014:
- Memangkas Waktu Tempuh: Bupati berharap penerbangan komersial akan menghilangkan “berpikir panjang” bagi orang-orang dari Jakarta atau Surabaya untuk datang ke Sumenep, yang selama ini terbentur perjalanan darat/laut yang panjang.
- Operasional Awal: Maskapai Trigana Air Service berjanji akan memulai penerbangan komersial perdana pada pertengahan Agustus 2014 dengan rute utama Sumenep-Surabaya (dua kali) dan rute ke Kalimantan (satu kali), menggunakan pesawat berkapasitas 42 atau 72 orang. Penerbangan perdana ini bahkan disebut akan mengangkut pejabat Kemenhub dan Pemprov Jatim.
- Dukungan Lokal: Peresmian disaksikan oleh seluruh elemen mulai dari Forpimda, SKPD, tokoh masyarakat, pengusaha, hingga anak yatim yang diajak naik pesawat keliling. Ini menunjukkan tingginya dukungan emosional dan politis dari pemerintah daerah dan masyarakat.
Peresmian 2014 adalah titik awal yang krusial. Namun, tantangan utama pasca-peresmian adalah keberlanjutan operasional. Meskipun penerbangan komersial dengan Trigana Air (dan kemudian disusul oleh Wings Air pada 2017) sempat beroperasi, rute-rute ini sering mengalami pasang surut, bahkan sempat terhenti sebelum tahun 2022, karena pertimbangan bisnis dan tingkat keterisian penumpang (okupansi).
Peresmian Kedua (2022): Peningkatan Kapasitas dan Pengakuan Nasional
Peresmian kedua oleh Presiden RI Joko Widodo pada 20 April 2022 memiliki dimensi yang jauh lebih besar. Ini bukan sekadar peresmian “komersial” tetapi merupakan penanda selesainya pengembangan besar-besaran yang didanai APBN dan pengakuan resmi dari pemerintah pusat terhadap peran strategis bandara tersebut.
Peningkatan Signifikan:
- Landasan Pacu: Landasan pacu telah diperpanjang dan diperlebar dari yang awalnya 850 meter (di awal pengembangannya) menjadi 1.600 meter (panjangnya ditingkatkan dari sebelum 2014).
- Fasilitas: Dibangun gedung terminal baru seluas 3.600 meter persegi dan perluasan lahan parkir pesawat, memungkinkan pelayanan yang lebih baik dan pesawat jenis ATR (umumnya 70-72 penumpang).
- Visi Konektivitas Kepulauan: Presiden Jokowi secara eksplisit menyoroti peran bandara dalam membuka isolasi pulau-pulau terpencil di sekitar Madura (Bawean, Pagerungan, dll.), memangkas waktu tempuh yang dulunya berhari-hari menjadi hanya satu jam.
Fokus Utama 2022:
- Peningkatan Daya Saing: Presiden meminta agar bandara dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing daerah dan menggerakkan perekonomian masyarakat.
- Dorongan Rute Utama: Presiden secara langsung mendorong Menteri Perhubungan untuk segera mengusahakan rute Surabaya-Sumenep dan Jakarta-Sumenep, menunjukkan optimisme dan political will dari pusat.
Kesimpulan Kritis: Menjaga Asa di Tengah Gelombang Bisnis
Dua peresmian Bandara Trunojoyo adalah dua babak dari sebuah impian yang sama: menjadikan Sumenep terhubung dan maju.
- Peresmian 2014 adalah deklarasi tekad daerah dengan sumber daya yang terbatas, namun berani mengambil langkah awal komersial.
- Peresmian 2022 adalah penegasan dukungan pusat setelah investasi infrastruktur yang besar, mengubah status bandara dari inisiatif lokal menjadi gateway strategis untuk kepulauan.
Namun, tantangan terbesar tetaplah keberlanjutan rute komersial (non-perintis). Meskipun Bandara Trunojoyo saat ini melayani rute perintis ke kepulauan seperti Bawean dan Pagerungan (Susi Air) serta rute komersial ke Surabaya (Wings Air) yang baru dibuka kembali pada Oktober 2025, rute-rute komersial seperti ke Jakarta dan Bali masih berupa potensi yang harus direalisasikan secara konsisten.
Bandara Trunojoyo kini memiliki infrastruktur fisik yang memadai. Tugas berikutnya bagi pemerintah daerah adalah memastikan arus penumpang (okupansi) yang stabil melalui promosi pariwisata yang masif dan investasi yang menarik agar bandara ini tidak hanya menjadi simbol, tetapi benar-benar menjadi urat nadi yang dapat menggerakkan titik-titik perekonomian baru, sebagaimana harapan Bupati Busyro Karim di tahun 2014 dan Presiden Jokowi di tahun 2022.

















