Cahaya Munajat di Sepertiga Malam Terakhir: Menemukan Hakikat Kedekatan Ilahi (Perspektif Tasawwuf Ahlussunnah Wal Jamaah)
MaduraExpose.com– Dalam ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, setiap waktu memiliki keberkahan, namun ada waktu-waktu yang menjadi ‘pintu’ spesial menuju Faidh (limpahan rahmat) dan Ma’rifatullah (mengenal Allah). Salah satu waktu paling mulia, yang menjadi rahasia para salikin (penempuh jalan spiritual), adalah Sepertiga Malam Terakhir.
Waktu ini bukanlah sekadar periode hitungan jam, melainkan sebuah gerbang spiritual yang menghubungkan dimensi Nasut (kemanusiaan) yang fana dengan dimensi Lahut (Ketuhanan) yang abadi.
✨ Hakikat Waktu Malam: Perjalanan dari Ghaflah menuju Hudhur
Malam, dalam kacamata tasawwuf, adalah simbol dari Ghaflah (kelalaian) yang ditutupi kegelapan. Namun, di tengah kesunyian itu, Allah SWT menyediakan Anwar (cahaya) bagi hamba-hamba-Nya yang bangkit dari tidur syahwat dan duniawi.
Waktu malam (antara Maghrib hingga Subuh) dibagi menjadi tiga bagian, di mana Sepertiga Malam Terakhir adalah puncak dari perjalanan spiritual ini.
| Bagian Malam | Waktu (Estimasi) | Fokus Spiritual (Ahwal) |
| Pertama | ± Pukul 19.00 – 22.00 | Waktu istirahat awal, refleksi harian (Muhasabah). |
| Kedua | ± Pukul 22.00 – 01.00 | Waktu tidur, pembersihan jiwa dari kepenatan fisik. |
| Ketiga | ± Pukul 01.00 – Subuh | Puncak Waktu Munajat, waktu Qiyamullail (berdiri di malam hari). |
💎 Keistimewaan Sepertiga Malam Terakhir: Turunnya Tajalli Ilahi
Mengapa waktu ini menjadi sangat utama? Hadis Shahih menegaskan bahwa Allah SWT turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir, seraya menyeru:
“Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku beri. Siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, akan Aku ampuni.” (Muttafaq Alaih).
Dalam kajian tasawwuf, ‘Turunnya Allah ke langit dunia’ dimaknai sebagai turunnya Tajalli (manifestasi) Rahmat, Ampunan, dan Inayah (pertolongan) Ilahi yang paling dekat dengan hamba-Nya. Ini bukan berarti Allah berpindah tempat (karena Allah Maha Suci dari dimensi ruang), melainkan waktu di mana Kabul (pengabulan) dan Maghfirah (ampunan) dibuka selebar-lebarnya.
🧘 Amalan Salikin: Menyempurnakan Kualitas Hamba
Bagi seorang salik (penempuh jalan tasawwuf), waktu ini dimanfaatkan untuk:
-
Sholat Tahajjud (Qiyamullail): Bukan sekadar gerakan fisik, Tahajjud adalah mi’raj (naik)nya hamba untuk berdialog secara langsung dengan Rabb-nya. Ia menjadi pelebur dosa (kaffaratul khathaaya) dan pembersih jiwa (tazkiyatun nafs).
-
Istighfar dan Tawassul: Memohon ampunan dengan kesadaran penuh (hudhur) akan kekurangan diri (fakir). Istighfar di waktu ini adalah permohonan pembersihan diri dari kotoran syahwat dan ghaflah.
-
Doa (Munajat): Doa di waktu ini harus disertai yaqin (keyakinan) bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.
🕰️ Cara Menghitung Waktu dengan Niat dan Iradah
Cara menghitung sepertiga malam adalah dengan membagi durasi total dari Maghrib hingga Subuh menjadi tiga bagian yang sama.
Misalnya:
-
Waktu Maghrib: 18.00
-
Waktu Subuh: 05.00
-
Total Durasi Malam: 11 jam
-
Satu Bagian (1/3): $11 \text{ jam} / 3 \approx 3,66 \text{ jam}$ (atau 3 jam 40 menit).
Maka, Sepertiga Malam Terakhir dimulai 3 jam 40 menit sebelum Subuh. Jika Subuh jam 05.00, maka waktu mulainya adalah sekitar pukul 01.20 dini hari hingga Subuh.
🌟 Penutup: Jalan Menuju Khusnul Khuluq
Sepertiga malam terakhir adalah madrasah spiritual bagi seorang muslim. Bangun di saat orang lain terlelap adalah wujud dari Iradah (kemauan keras) dan Mujahadah (perjuangan melawan hawa nafsu).
Para Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah mengajarkan, buah dari Qiyamullail adalah Khusnul Khuluq (akhlak mulia) di siang hari. Barangsiapa yang sukses membangun kedekatan dengan Allah di keheningan malam, niscaya ia akan sukses menjaga adab dan perilaku terpuji di hadapan manusia dan dunia di siang hari.
Doa Munajat di Sepertiga Malam Terakhir
(Dibaca setelah Sholat Tahajjud atau menjelang Subuh)
Ya Allah, Ya Rabb kami. Engkaulah Al-Hayyu (Yang Maha Hidup) lagi Al-Qayyum (Yang Maha Berdiri Sendiri), tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.
Di keheningan yang syahdu ini, kami hadir di hadapan-Mu dengan penuh fakir (kefakiran) dan rindu. Kami tinggalkan kehangatan tidur demi mencari cahaya-Mu.
Kami akui, ya Rabb, betapa seringnya kami lalai (ghaflah) di siang hari, betapa banyak dosa yang kami kumpulkan, dan betapa sedikitnya amal yang kami bawa.
Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Ghaffar!
Ampunilah segala dosa dan kesalahan yang kami sengaja maupun yang tersembunyi. Bersihkan hati kami dari noda riya’ dan ujub, dan jauhkanlah kami dari godaan hawa nafsu yang menyesatkan.
Ya Waliy, Ya Nashir!
Limpahkanlah Ma’rifah (pengenalan sejati) atas diri-Mu kepada kami. Tuntunlah langkah kami agar senantiasa berada di jalan Mustaqim yang Engkau ridhai, yang ditempuh oleh para kekasih dan salikin (penempuh jalan spiritual) sebelum kami.
Ya Qadir, Ya Razzaq!
Berikanlah kami kekuatan untuk istiqamah dalam ibadah, rezeki yang halal dan berkah, serta akhlak yang mulia (khusnul khuluq). Angkatlah segala kesulitan yang membebani bahu kami, dan kabulkanlah hajat baik kami di dunia dan di akhirat.
Ya Allah, jangan Engkau jadikan waktu subuh datang melainkan Engkau telah mengampuni kami, merahmati kami, dan menuliskan kami sebagai hamba-Mu yang beruntung.
(Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka.)


















