SUMENEP – Suasana khidmat Konferensi Cabang (Konfercab) Nahdlatul Ulama (NU) Sumenep, yang digelar di Pondok Pesantren Annuqayah Latee, Guluk-Guluk, pada Ahad (7/12/2025), diselingi momen pengakuan publik yang jujur dari Wakil Bupati Sumenep, KH Imam Hasyim.
Menanggapi sindiran bernada pujian dari Ketua PCNU Sumenep, Kiai Pandji Taufik, Wabup Imam Hasyim secara terbuka mengakui bahwa posisi politiknya saat ini adalah berkat “barokah Mustasyar NU”.
Barokah Mustasyar Sebagai Kunci Politik
Dalam sambutannya mewakili Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, KH Imam Hasyim tak menampik pernyataan Kiai Pandji Taufik. Mustasyar, yang secara struktural dalam NU adalah dewan penasihat yang pemikirannya diadopsi dalam berbagai bidang, termasuk siyasi (politik), diakui memainkan peran sentral dalam karir politiknya.
“Tadi dikatakan oleh Ketua PCNU, saya jadi Wakil Bupati ini justru karena barokahnya Mustasyar. Andaikan tidak, andaikan (beliau) jadi Ketua PCNU jadi Bupati. Atau kalau perlu jadi Gubernur,” ujar Wakil Bupati Imam Hasyim, disambut tawa hadirin.
Imam Hasyim kemudian mempertegas pengakuannya, menekankan bahwa proses ia menjadi Wakil Bupati mendampingi Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo terjadi di luar jalur politik konvensional.
“Bapak Ibu sekalian, karena barokahnya Mustasyar saya menjadi Wakil Bupati ini tanpa kami mendaftar, elamar (melamar) itu. Barokahnya Mustasyar,” imbuhnya.
Pengakuan ini menyoroti kuatnya intervensi dan pengaruh tokoh-tokoh sepuh NU di Sumenep dalam konstelasi politik lokal, di mana restu dan doa (barokah) para penasihat keagamaan seringkali lebih menentukan daripada mekanisme elektoral semata.
Konfercab: Penguatan Aswaja dan Kepemimpinan Baru
Momen pengakuan Wabup Imam Hasyim ini terjadi dalam acara puncak Konfercab NU Sumenep yang menetapkan KH Md Widadi Rahim sebagai Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep periode khidmat 2025-2030.
KH Md Widadi Rahim berhasil meraih 12 suara dari total 24 suara sah, atau 50% dari total dukungan, menunjukkan mandat kuat dari Majelis Wakil Cabang (MWC) dan Ranting se-Kabupaten Sumenep.
Penetapan ini dipandang sebagai sinyal penguatan peran NU dalam menjaga dan menyebarkan paham Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah (Aswaja). Dengan kepemimpinan baru ini, PCNU Sumenep akan memfokuskan agenda pada konsolidasi internal dan penguatan pilar kemandirian organisasi, selaras dengan semangat khidmah (pengabdian) kepada umat.
Keterangan Wabup Imam Hasyim sekaligus menegaskan eratnya hubungan sinergis antara umara (pemerintah) dan ulama (pemimpin agama) di Sumenep, di mana jabatan publik pun tak lepas dari peran dan restu para tokoh spiritual NU.***


















