Persaingan dalam dunia blantika musik dangdut memang terus menggeliat, seirama dengan musiknya yang dinikmati semua lapisan masyarakat. Penyanyi dangdut yang baru-baru pun bermunculan, mengikuti aransemen yang semakin hari semakin enak didengar.
Trio Aisyah yang terdiri dari Rina, Wiwik dan Erni mendapat sambutan dari semua lapisan masyarakat, tidak terkecuali para musisi dangdut. Minggu kemarin (24/10), biduanita cantik-cantik itu terbentuk sebagai Trio Aisyah dibawah naungan H. Deny A.S. Permana, SH dan DR. Hj. Nurhayati Permana. Di mana acara terbentuknya trio ini sebagai bagian yang tidak lepas dari bangkitnya para musisi musik dangdut Indonesia yang diluluhlantakan oleh para pembajak, susahnya promosi dan lain sebagainya.
Dengan kehadiran Trio Aisyah ini juga mengangkat derajat para pencipta lagu, seperti H. Ukat S, Yus Yunus, Leo Waldy, Jacky Zimah, Mara Karma, Caca Handika, Hamdan ATT dan lainnya yang ikut hadir dalam acara pembentukan Trio Aisyah itu. Bahwa selama ini para pencipta lagu dangdut, karya-karya ciptaannya hanya jadi hiasan di rumah.
Menurut H. Deny A.S. Permana SH yang akrab di panggil Ayah itu, bahwa ini sebagai bukti bangkitnya dunia dangdut Indonesia. “Saya pernah mengatakan, selama 24 jam kami menunggu karya-karya anda (Pencipta dan arranger) untuk bangkit dari keterpurukan irama musik dangdut. Jadi Trio Aisyah ini dideklarasikan sebagai pendobrak dangdut Indonesia dari keterpurukan,” ujar Ayah.
Hal senada juga dikemukakan Hj. Nurhayati yang biasa disapa Bunda itu mengajak semua para musisi dangdut untuk kembali berkiprah dan berkibar. “Mari kita sama-sama bersatu, jangan terlalu perih dengan keterpurukan. Pencipta, aranger, pemain musik, penyanyi dalam satu paket, hayo bangkit. Jayakan kembali dangdut Indonesia,” ujar Bunda yang bersama Ayah H. Deny mengangkat derajat satu paket tersebut.
Sah-sah Saja
Ketika ditanya kepada Trio Aisyah tentang bagaimana dengan penyanyi dangdut wanita (Biduanita) yang konon setiap kali di atas pentas hampir banyak yang mengenakan pakaian mini (arah pornografi).
Mereka mengungkapkan tetap sah-sah saja sepanjang tidak menyalahi aturan yang sudah dibuat dan mengikuti apa yang diminta manajernya. “Memang penyanyi, kan suka dituntut seperti itu, tapi buat aku tidak pernah mengecewakan para penggila musik dangdut. Sesuai aturan, asal jangan sampai sikap pornografi itu disalah artikan oleh orang-orang yang khususnya benci kepada dangdut,” ujar Rina Ranada, penghuni Trio Aisyah itu.
Lebih lanjut gadis imut kelahiran Jakarta itu mengatakan, bahwa sebagai seorang biduanita irama dangdut memang kadangkala selalu mempunyai kenangan pahit dikala show atau pentas. Namun bagi Rina yang lahir pada tanggal 24 Oktober 2010 ini menyikapi dengan tersenyum.
“Walau pahit dirasa, tetapi kita sebagai artis biduanita harus selalu tersenyum kepada semua orang, kan ini juga ibadah. Sehingga apapun yang terjadi, kita tetap memberikan hiburan kepada warga pencinta irama dangdut. Saya selalu bersyukur kepada Allah Swt, karena kehendaknya, kita bisa menyatu dengan terbentuknya Trio Aisyah ini,” ujar Rina yang bertepatan hari ulang tahunnya pada peresmian terbentuknya Trio Aisyah di rumah Ayah H. Deny dan Bunda Hj. Nurhayati di kawasan Condet, Jakarta Timur. (Ilham Yani/Met-Ind)