Oleh : Krt. Masjhur Assaaf HN.*
*Sudah* mencolok mata jika nama besar
Indonesia di Sea Games 2017 ini *diremehkan*
oleh ekstern dan intern, why?
Ekstern: Bendera Indonesia dibalik oleh tuan rumah Malaysia, *putih merah*, pada cover bookled jadual semua acara dan kegiatan Sea Games.
Hal ini menunjukkan tim kerja pra Sea Games Indonesia tidak paham *early warning* dan seperti fatamorgana walau ada yang terlibat dalam kepanitiaan itu, dan pihak Dubes Indonesia di Malay Isi tampaknya belum bekerja aktif, khususnya bidang Atase Intelijen dan Kebudayaan.
Intern: Diduga kuat Kemenpora dimotori Menpora Imam Nahrawi ini tidak serius dalam menaikkan kemampuan dan prestasi para atlet andalan peraih medali dg lambannya pencairan dan tipisnya ploting dana, saat para atlet masuk TC (Training Center) sehingga mayoritas pengelola *cabor* mengeluh dan protes terbuka di media massa.
Oleh sebab itu, banyak pihak menduga *jeblok* dalam target medalinya sbg juara umum sea games 2017.
Sisi lain, tiap momentum event pesta olahraga mulai kelas Provinsi, Nasional (Pon) dan Internasional ( Sea Games, Asian Games dan Olympiade) belum serius membudayakan pola kualitatif & profesionalitas yang benar. Padahal untuk meraih prestasi di gelanggang olahraga itu sangat terukur dan rasional.
Tapi tiap momentum pekan olahraga itu sampai hari ini diduga kuat masih ditampakkan *”nuansa hura-huranya”* sehingga cost productive buat atlet peraih medali tidak efektif.
Coba simak jumlah atlet dibanding kru dan supporter “terselubung” akan tampak tidak efektifnya ploting dana dan perolehan medalinya, untuk itulah minimalis atlet rangking tiga saja yang pasti raih Perunggu, misalnya, niscaya irit.
Semestinya dunia sport yang secara filosofis dijunjung tinggi rasa sportifitas itu, kini terabaikan dan tertinggal dalam kotak *”doktrin ajaib”*dan duitnya berhamburan di antara kaum hedonisnya?
Bahkan ada yang sekeluarga diajak dan digilir asal bisa ikut ke luar negeri, berwisata gratis.
Sementara atlet yg punya prospek akan bernasib sial dan kena *”geser”* oleh sang anaknya Pelatih Cabor (Cabang Olahraga) disisihkan dengan sejuta alasan.
Ini salah satu jenis cara nepotism di antara peserta *”pesta olahraga”* dalam berbagai event itu?
Dulu, ketika Apbn dan Apbd, gampang dimuslihati tentunya berbagai Pekan Olahraga terasa manis. Namun sejak Menpora Andi Malarangeng yang dijerat tipikor (tindak pidana korupsi) itu maka *’pesta olahraga terasa getir”* tapi bukan berarti pat gulipat berhenti lho?
Kini tergantung elitenya, mulai kelas Menpora dan Ketua- ketua Koi maupun Koni sampai Kabupaten dan Kota yang mampu dipercayai oleh *”rejim penguasaha”* tanpa hal ini jangan harap dapat CSR (persetujuan bantuan sosial) yang menggemaskan.
Lha sekelas PT. Semen Gresik saja kini ubah kebijakan dari moderat ke konservative bagi dana operasional dan promosi produknya.
Karena itu para Eksekutive Dunia Atlet dan Olahraga di Indonesia harus ubah kultur berfikir dan berusaha ulet di tengah pasar bebas dan neo liberalis yang disisipi pula pola neo komunis ala China?
Good luck.
(masjhur wartawan dan berbagai referensi).