Sumenep (Maduraexpose.com)— Selain Kiai Hazmi Latee yang jadi sorotan Netizen, wajah Ibnu Hajar yang konon pernah menjadi guru Achmad Fauzi yang sekarang jadi Bupati Sumenep tak luput dari perhatian publik.
Wajar saja, baru-baru ini pria yang sering terlihat berkacamata itu sempat heboh setelah dirinya mendadak mengundurkan diri sebagai peserta seleksi anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Sumenep (DPKS) periode 2021-2026.
Belakangan DPKS disoal kalangan aktivis hingga persoalan tersebut berujung permintaan ke DPRD agar semua anggaran yang berkaitan dengan DPKS dibekukan sampai ada payung hukum yang jelas.
Berbeda dengan Kiai Hazmi yang menyampaikan kehadirannya karena berkaitan dengan bukber dan sesame peserta pengajian kitab Al-Hikam. Ibnu justru terkesan memberikan sindiran pedas yang ditujukan kepada pemimpin, sayangnya tidak disebut secara spesifik apakah “tausiyah” dirinya ditujukan kepada Bupati yang pernah menjadi muridnya tersebut.
Ibnu hajar yang berlatar lekangan penyair itu, menyampaikan alasan dirinya diacara bukber dengan Hairul Anwar, yang nota bene lawan politik “muridnya” pada Pilkada Sumenep 2020 silam.
“ Pilkada Sumenep yang masih lama akan dilangsungkan, merupakan kesempatan bagi Sumenep untuk memilih pemimpin secara langsung. Pilkada dengan model pemilihan langsung merupakan terobosan yang tepat untuk memberikan kebebasan yang besar kepada masarakat dalam menentukan pilihannya.” demikian Ibnu Hajar dengan diksi bergelombang datar, Sabtu 30 April 2022.
Dirinya menilai, sebagai bagian dari proses seleksi kepemimpinan, Pilkada merupakan pintu masuk bagi masarakat dalam menentukan sosok pemimpin yang diharapkan.
“Sejumlah bakal calon yang bermunculan (tak menyebut nama Hairul Anwar,Red) menandakan adanya dinamika demokrasi yang cukup bagus di Sumenep,”lanjut Ibnu Hajar.
Dari sekian bakal calon yang muncul, lanjut Ibnu Hajar, semuanya tentu saja baik.
“Tetapi dalam proses Pilkada akan ditentukan bakal calon yang terbaik dari sekian yang baik,”imbuhnya seperti menyindir.
Sosok dan figur calon Bupati Sumenep yang akan dipilih, tegas Ibnu Hajar, harus didasarkan pada kriteria yang ideal, sehingga sosok ini nantinya dapat menjadi pemimpin yang tidak merugikan masyarakat.
“Pemimpin dengan kriteria yang jelas dan terukur harus dijadikan sebagai acuan untuk dipilih dan diberi mandat markat lima tahun ke depan,”imbuhnya.
Meski tidak mengatakan secara terang benderang, Ibnu Hajar melihat namun diksi yang digunakan Ibnu Hajar seperti menyimpan harapan baru tentang pemimpin baru di Sumenep sesuai dengan kriteria yang dimaksudkan.
“Kriteria sosok pemimpin Sumenep baru, adalah ia yang memiliki konsep dan arah kepemimpinan yang jelas dan terukur dengan baik. Misalnya bisa terangkum dalam satu konsep yang ditawarkan oleh Ki Hajar Dewantoro yang seringkali dijadikan sebagai pegangan, yakni Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madyo Mangun Karso Tutwuri Handayani,” pungkasnya. [Ferry Arbania/ME]