Sumenep, MaduraExpose.com:
Apapun alasannya, kekerasan terhadap warga negara yang menyampaikan aspirasinya tidak dapat dibenarkan.
Ungkapan inilah yang disampaikan banyak pihak, mengapresiasi terjadinya insiden pemukulan sejumlah mahasiswa saat menyampaikan aspirasinya di Hari Jadi Sumenep ke 745. Mereka mengaku dipukul oleh oknum aparat kepolisian yang bertugas mengamankan lokasi.
Hasmi, salah satu aktivis yang ikut melakukan orasi dengan mengenak sarung dan kopiah ikut menjadi korban kebrutalan oknum aparat kepolisian yang semestinya melindungi, mengayomi dan tetap menjadi mitra masyarakat, termasuk para mahasiswa.
“Kami menjadi bulan-bulanan oknum polisi. Banyak dari teman-teman kami yang babak belur dan luka-luka”, ujar Hasmi usai melakukan orasi di Hari Jadi Sumenep.
Menurut Hasmi, sedikitnya enam Mahasiswa terluka akibat keberingasan oknum aparat kepolisian.
“Bahkan saya sempat melihat Pak Kabag OPS memarahi anggota polisi yang berbuat kasar terhadap mahasiswa”, ujar beberapa wartawan yang meliput kejadian tersebut.
Adapun mahasiswa yang jadi korban itu antara lain Edi Susanto, Wibowo, Dedes, Rasul, Sandi dan Hasmi dari Front Aliansi Mahasiswa Sumekar (FAMS) Sumenep.
Tak jauh dari lokasi terjadinya pemukulan mahasiswa oleh oknum polisi, seorang Mahasiswa yang dari Forum Komunikasi Mahasiswa Sumenep (FKMS) ikut jadi korban pemukulan.
Namun sejumlah saksi mengatakan, mahasiswa ini justru dipukul oleh SU (inisial) yang diduga seorang PNS di lingkungan Pemkab Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Hingga saat ini belum ada keterangan dari dua instansi tersebut. Sementara Darul Hasyim, Ketua Komisi Hukum DPRD Sumenep meminta kasus ini diproses sesuai dengan aturan masing-masing karena menyangkut hak mahasiswa sebagai warga negar dalam menyampaikan aspirasi.
(JN88/Rul/Asa/Fer)