Kehadiran PSK asal Maroko memberikan sensasi tersendiri bagi kalangan lelaki hidung belang di sejumlah kota di Indonesia.
Apa saja fakta lain seputar PSK cantik asal Maroko jual diri di Puncak? Berikut rangkuman merdeka.com:
1. Bertarif Rp 6 juta
Fenomena wisatawan Timur Tengah atau turis Arab yang banyak berada di Kawasan Puncak Bogor, Jawa Barat mempunyai cerita lain. Kedatangan mereka nyatanya tidak hanya untuk menikmati liburan, banyak pula yang mencoba peruntungannya di wilayah berudara sejuk ini, yakni menjadi PSK.
Paras mereka memang cantik khas negeri Arab. Berkulit putih, bermata cokelat, berhidung mancung, berambut panjang kecokelatan. Jika berjalan di kawasan Puncak, mereka selalu menjadi perhatian para pria lokal atau turis Arab.
Namun tak sembarangan untuk mencicipi pekerja seks komersial (PSK) impor ini. Harga yang ditawarkan pun terbilang mahal untuk sekali main.
“Cewek Maroko itu harganya Rp 5 juta sampai Rp 6 juta semalem,” kata Yaya, tukang ojek di kawasan Puncak.
Menurut Yaya, PSK asal Maroko ini biasanya menyewa vila untuk sebulan. Harga sewa tempat tinggal mereka juga terbilang mahal.
“Bisa Rp 11 juta untuk nyewa vilanya sebulan,” ujarnya.
Di tempat tinggalnya, para PSK Impor ini tidak hidup sendiri. Mereka juga berkelompok. “Satu vila bisa tiga sampai empat orang,” ungkapnya.
2. Mahir bahasa Sunda
Belasan perempuan asal Maroko itu ditangkap saat tim Imigrasi Bogor melakukan razia di kawasan Puncak, Jawa Barat, Rabu (3/12) malam. Mereka diciduk dari beberapa vila di daerah Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Mereka kemudian diangkut petugas ke kantor Imigrasi Bogor, Jalan Ahmad Yani, Kota Bogor.
Kepala Kantor Imigrasi Bogor, Herman Lukman mengatakan razia dilakukan setelah tim terlebih dulu menangkap dua perempuan asal Maroko ditengarai sebagai PSK. Hal itu terbongkar setelah petugas melakukan penyelidikan dengan cara menyamar.
Lukman menjelaskan, beberapa dari perempuan Maroko ditangkap petugas diketahui ada yang berulang kali datang ke Indonesia. “Ada yang sudah bisa bahasa Indonesia bahkan Bahasa Sunda,” kata Lukman. Meski demikian, Imigrasi menyatakan proses penyelidikan dan pengembangan akan berjalan terus Masih dalam penyelidikan. Maka dari itu tidak boleh diungkap ke depan publik lantaran dikhawatirkan pelaku utama lolos.
“Apakah hanya mereka saja, apakah ada yang lain. Kita kan enggak tahu nih. Bisa saja mereka mengatakan ke Indonesia hanya senang-senang,” ucap Agung.
3. Berusia 20 sampai 30 tahun
Kepala Kantor Imigrasi Bogor, Herman Lukman menjelaskan, keberadaan wanita Maroko tersebut telah meresahkan masyarakat sekitar. Para wanita Maroko itu menempati sebuah vila di beberapa lokasi di kawasan Puncak. Mereka ada yang sudah satu bulan tinggal di Puncak dan ada juga baru satu minggu bahkan satu hari.
Rata-rata wanita Maroko yang terjaring razia petugas tersebut berusia antara 20 sampai 30 tahun. Mereka khusus bekerja melayani wisatawan asing yang ada di kawasan tersebut.
Untuk sekali pakai, mereka dikenai tarif mulai dari Rp 2 juta sampai Rp 5 juta untuk ‘short time’. Cara memesan mereka juga bermacam-macam, ada yang melalui perantaranya yang merupakan orang lokal, ada juga yang menjajakan diri sendiri.
“Mereka kerap keluar setiap magrib dan melakukan pesta setiap malamnya, sehingga mengganggu ketertiban umum,” kata Herman.
3. Berusia 20 sampai 30 tahun
Kepala Kantor Imigrasi Bogor, Herman Lukman menjelaskan, keberadaan wanita Maroko tersebut telah meresahkan masyarakat sekitar. Para wanita Maroko itu menempati sebuah vila di beberapa lokasi di kawasan Puncak. Mereka ada yang sudah satu bulan tinggal di Puncak dan ada juga baru satu minggu bahkan satu hari.
Rata-rata wanita Maroko yang terjaring razia petugas tersebut berusia antara 20 sampai 30 tahun. Mereka khusus bekerja melayani wisatawan asing yang ada di kawasan tersebut.
Untuk sekali pakai, mereka dikenai tarif mulai dari Rp 2 juta sampai Rp 5 juta untuk ‘short time’. Cara memesan mereka juga bermacam-macam, ada yang melalui perantaranya yang merupakan orang lokal, ada juga yang menjajakan diri sendiri.
“Mereka kerap keluar setiap magrib dan melakukan pesta setiap malamnya, sehingga mengganggu ketertiban umum,” kata Herman.
4. Ramai jelang Tahun Baru
Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang) Cianjur, Jabar, menduga pekerja seks komersial (PSK) asal Maroko masih banyak berkeliaran di Perumahan elite Kota Bunga, Cipanas-Puncak. Untuk itu, Kepala Kesbang Tom Danny Gadiat mengatakan, akan berkoordinasi dengan imigrasi dan Pengawas Orang Asing (POA) dalam waktu dekat untuk melakukan razia.
“Maka saat ini kami terus mengawasi dan memantau wilayah Cianjur yang dikhawatirkan menjadi tempat migrasi PSK asal Maroko itu. Tapi cuma satu tempat yang sedang kami bidik di Kota Bunga,” kata Danny, seperti dilansir Antara, Jumat (19/12).
Namun, untuk melakukan razia, pihaknya masih menunggu keputusan dari kantor imigrasi dan POA. Sehingga, razia harus dilakukan secara bersama-sama termasuk dengan Satpol PP dan kepolisian.
“Kalau ada yang tertangkap tentunya kami akan menyerahkannya ke kantor imigrasi, seperti beberapa waktu lalu, kami menangkap satu orang PSK asal Maroko, lalu diserahkan ke kantor imigrasi Sukabumi,” kata Danny.
Selain itu, pihaknya telah melakukan koordinasi untuk mengawasi maraknya PSK dan warga asing menjelang Natal dan Tahun Baru. Hal tersebut untuk menciptakan situasi dan kondisi yang aman dan nyaman bagi warga Cianjur.
“Pengawasan ini tidak dilakukan hanya menjelang Natal dan Tahun Baru saja, namun pada hari-hari tertentu tetap dilakukan pengawasan,” katanya.
(MAA/mdk/bh)