Scroll untuk baca artikel
Hot Expose

EMPAT HIKMAH PILKADA

Avatar photo
68
×

EMPAT HIKMAH PILKADA

Sebarkan artikel ini
Denny JA

Hikmah ketiga ini penting agar kita tak salah mengembangkan fantasi dan fiksi. Bahwa pemenang pilkada adalah sang calon yang bertarung itu sendiri. Pemenang pilkada bukan, bukan, bukan (tiga kali bukan), partai pengusungnya.

-000-

Hikmah keempat: kemenangan pilkada tak pula berhubungan signifikan bahwa capres tertentu menguat atau melemah.

Menang atau tidaknya capres tak pernah tergantung dari seberapa banyak kepala daerah yang mendukungnya. Jumlah kepala daerah (gubernur plus walikota plus bupati) paling banyak 600 orang saja. Sementara total pemilih ada 180 juta.

Pemilih cukup independen soal capres. Ia tak serta merta ikut instruksi kepala daerahnya!

Cukup kita mengujinya dengan data. Di tahun 2004, saya mendampingi SBY melawan Megawati yang saat itu sudah menjadi presiden, dan partainya PDIP adalah partai besar.

Saat itu partai yang dikendalikan SBY, partai demokrat, itu partai baru yang perolehan dukungannya dalam pemilu 2004 hanya 7, 45 persen saja. Sebagai capres pun, SBY didukung hanya oleh koalisi partai kecil partai bulan bintang dan PKPI.

Karena demokrat partai baru, di tahun 2004, tak ada satupun gubernur yang menjabat sebelumnya yang menang karena diusung oleh demokrat. Tak ada satu walikota atau satu bupati pun saat itu yang menjabat karena diusung oleh partai demokrat. Pilkada langsung juga baru dilaksanakan di tahun 2005.

Yang dilawan SBY adalah Megawati, putri Bung Karno pendiri Indonesia. Megawati juga tengah menjadi presiden. PDIP juga partai besar.

Ketika LSI memprediksi SBY akan mengalahkan Megawati, LSI menjadi bahan guyonan. Tak ada yang percaya kecuali SBY dan team serta sekelompok kecil masyarakat saja.

------------------------