Scroll untuk baca artikel
KOLOM

Bisakah Melumpuhkan Kekuatan Politik Incumbent?

Avatar photo
383
×

Bisakah Melumpuhkan Kekuatan Politik Incumbent?

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ki Demang Nur

Setelah kemarin Ra Yakin (nama samaran) menyampaikan banyak hal tentang kekuatan politik kultural, kini muncul *Kyai Fathol Baril Dalem Temor* diminta menganalisa peta kekuatan politik yang ada di Sumenep, sekaligus menjawab keraguan masyarakat yang ingin memiliki bupati baru. Paling tidak ulasan tentang taktik dan strategi politik untuk mengalahkan incumbent dalam pilkada 2024.

Diakui atau tidak, mayoritas warga Sumenep sepakat bahwa kekuatan politik incumbent bukan hanya terletak pada kekuatan logistik dan finansial. Masyarakat dilapisan paling bawah pun mengiyakan pendapat tersebut sampai ada yang bilang : “Sebaiknya dalam pilkada nanti, siapapun orangnya jangan coba-coba menandingi atau berharap bisa mengalahkan pak Fauzi dalam pilkada nanti agar tidak menyesal dikemudian hari.” Ujar salah satu tokoh masyarakat NU yang cukup melek politik didapil-3.

Benarkah demikian ?
“Jangan pesimis dulu !!!”. Sergah Kyai Fatkhol sambil menyedot rokok kretek favoritnya yang menghiasi serambil rumah kecilnya.
“Pileg kemaren, bolehlah kita mengakui pemenangnya itu PDIP yang mengalahkan partai yang lain dalam perolehan kursi. Tapi hal itu tidak bisa dijadikan tolok ukur jika PDIP dengan cabup dan partai koalisinya mampu memenangkan pilkada yang akan datang.” Terangnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan : “Ingat, dalam konteks pilkada, warga Sumenep ini memiliki karakteristik dan falsafah hidup tersendiri dibandingkan dengan warga kabupaten lainnya. Warga Sumenep memiliki struktur lapisan masyarakatnya lebih utuh dibandingkan yang lain.

1. Lapisan kekerabatan masyarakat pedesaan.
Lapisan kekerabatan masyarakat pedesaan ini terbagi dalam 3 (tiga) kelompok.
~Pertama, kelompok yang memiliki hubungan garis lurus dengan kepala desa.
~Kedua, kelompok yang tidak sejalan dengan garis politiknya kepala desa.
~Ketiga, kelompok yang memiliki dan menjaga hubungan emosional dengan guru atau pondok pesantren.
Ketiga kelompok ini masing-masing memiliki tokoh sentral dan sudah lama berinvestasi sosial didesanya masing-masing.

2. Lapisan masyarakat profesional.
Lapisan masyarakat ini dapat digolongkan sebagai masyarakat yang merdeka dan susah “dikondisikan”. Mereka ini dapat digolongkan sebagai masyarakat kelas menengah dan cenderung idealis dalam bersikap dan menentukan pilihan politik.

3. Lapisan masyarakat jaringan ormas.
Setiap ada perhelatan politik, ormas ini selalu dijadikan rebutan untuk mendapatkan dukungan, atau paling tidak merebut “restu politik” yang dianggap dapat mendongkrak elektabilitas dan merebut simpati rakyat.

Dalam perspektif antropologi politik, rasanya tidak sulit untuk menumbangkan hegemoni politik incumbent jika partai politik atau sebagian partai yang ada selain PDIP serius mengusung dan mewujudkan harapan sebagian masyarakat memiliki bupati baru 2024.

“Bagaimana menurut kalian ?
Jika menarik, saya melanjutkan, jika tidak, cukup disini dulu cangkruan sambil ngopi kali ini.” Tanya Kyai Fatkhol sambil menghidupkan korek apinya sebagai tanda asyiknya wejangan politiknya dihadapan beberapa orang yang sowan ke beliau.

Bersambung…..

Sumenep, 14 Mei 2024