MADURA EXPOSE- Achmad Rudi Hartono (15), sebatang kara di suatu gubuk tua di Desa Batuan, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep. Gubuk itu merupakan peninggalan ibunya yang sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu. Awalnya, gubuk itu adalah tempat mereka mencari nafkah yang sekaligus jadi tempat berteduh. Namun, saat Tuhan memanggil ibunya (Hanifah), dan bapaknya menikah lagi, ia menjadi lelaki yang mandiri dan hidup di gubuk itu.
Rudi memilih bertahan di gubuk itu bersama foto-foto ibunya. Ia tidak mau tinggal dengan ayahnya yang sudah menikah dengan wanita lain dan memiliki anak dari isteri keduanya
“Saya tidak mau menyusahkan ayah karena dia sudah memiliki dan memilik keluarga sendiri. Saya tinggal di sini merawat rumah peninggalan ibu,” ujarnya ketika disambangi di gubuk reotnya.
Kondisi rumah Rudi sungguh memprihatinkan. Di bangunan dari anyaman bambu berdiamter 4×5 itu hanya terdapat kamar yang sering bocor. Lantainya masih tanah, dan memasak juga masih menggunakan tungku bakar. Kadang memakai gas jika ada uang untuk membeli gas.
Bocah Kelas 1 SMAN 2 Sumenep itu, belum tersentuh oleh pemerintah di tengah APBD kita itu 2,1 triliun. Beberapa tetangga dekat ingin memperjuangkan nasibnya dengan cara mengajukan permohonan bedah rumah, namun mereka juga bingung bagaimana caranya.
Ah, jangan bermimpi mendapatkan rumah yang layak dari pemerintah, soal listrik saja, Rudi harus numpang kepada tetangganya sendiri agar lampu di gubuknya tetap menyala dan bisa belajar. “Listrik menumpang kepada tetangga. Mujur, ia diusahakan oleh salah satu gurunya agar tetap sekolah walaupun hidup sebatangkara,” jelas Eka Ferdiansyah, tetangganya.