Maduraexpose.com– Satgas Penanganan Covid-19 menyebutkan terjadi sejak periode Januari-Maret 2021 sudah mulai terjadi penurunan kasus Covid-19 di dalam negeri. Penurunan ini bukan terjadi karena turunnya angka testing, namun karena memang kasus positif harian yang turun.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menegaskan penurunan ini bukan karena angka testing Covid-19 yang menurun, malah Indonesia telah menyentuh standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO) yakni sebesar 1:1000 orang per minggu atau 276 ribu orang per minggu.
“Terkait itu, dengan angka testing yang cukup baik akhir-akhir ini, jumlah kasus yang terdeteksi positif nyatanya menurun. Artinya, penularan Covid-19 yang saat ini cukup rendah, disebabkan menurunnya laju penularan dan bukan karena upaya penjaringan kasusnya (testing) yang rendah,” dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (2/8/2021).
Secara rini, Indonesia setiap minggunya berusaha konsisten meningkatkan jumlah testing Covid-19, meski diakui untuk intensitasnya sempat mengendur pada minggu pertama Februari. Namun pemerintah secara konsisten terus berusaha meningkatkan angka testing setiap minggunya.
Dia mengatakan perkembangan di Indonesia ini menjadi kabar baik. Karena di tengah badai peningkatan kasus yang terjadi di dunia, Indonesia malah mampu bertahan selama dua bulan terakhir dengan jumlah kasus yang tidak meningkat.
Namun demikian, Indonesia dalam waktu dekat akan menghadapi dua tantangan, yakni libur paskah dan Idul Fitri. Sehingga masyarakat diminta untuk tidak bepergian dan berkumpul, meskipun berkumpul adalah tradisi bangsa Indonesia.
“Ingat, untuk dapat mencapai titik ini tidak sedikit nyawa berguguran, waktu yang termakan serta harta yang dihabiskan. Mari kita jaga hasil kerja keras ini dengan tidak terlena, malah sebaliknya menguatkan tekad kita bersama untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M maupun menjalankan 3T dan vaksinasi semaksimal mungkin,” kata dia.
Untuk diketahui, angka testing nasional telah menyentuh angka ideal standar global yang ditetapkan WHO, yakni pada minggu kedua Maret hingga saat ini.
Pencapaian ini diraih dengan upaya yang terus menerus dan berkesinambungan, dengan tidak membiarkan adanya penurunan angka testing setiap minggunya.
Di samping itu, penerapan pembatasan Kegiatan Masyarakat tingkat desa dan kelurahan (PPKM Mikro) juga dinilai mampu menekan laju penularan Covid di tingkat Rukun Tetangga (RT). Hal ini ditandai dengan jumlah zona hijau yang semakin meningkat dan persentasenya mencapai 97%.
“Terkait tren perkembangan zonasi risiko tingkat RT, per tanggal 28 Maret 2021, menunjukkan bahwa zona hijau masih mendominasi,” kata dia.
Rincian pada zona risiko hijau tersebut, yakni sebanyak 20.291 dari 20.951 RT dengan persentasenya sebesar 97% dari total RT yang melapor. Disusul zona risiko kuning yaitu 582 RT dan zona risiko oranye 43 RT. Namun, patut menjadi perhatian adalah pada zona merah karena mengalami kenaikan. Sebelumnya terdapat 8 dari 18.909 RT, menjadi 33 dari 20,951 RT.
Meski demikian, dominasi zona hijau ini merupakan pencapaian yang baik sebagai hasil penerapan intervensi kebijakan yang efektif dan tepat sasaran. Bahkan saat ini, banyak provinsi yang aktif melaporkan perkembangan zonasi risiko tingkatan RT.
Banten menjadi provinsi dengan kelurahan terbanyak melaporkan perkembangan zonasi risiko tingkat Rukun Tetangga (RT) yakni sebanyak 430 kelurahan dalam periode 22 – 28 Maret 2021 atau minggu terakhir. Disusul Jawa Tengah dengan 204 kelurahan, dan DI Yogyakarta dengan 166 kelurahan.
“Saya optimis, apabila pelaksanaan PPKM Mikro diperluas hingga provinsi-provinsi yang belum melaksanakan, maka kita akan menyaksikan lebih banyak perkembangan positif ke depannya. Dengan perbaikan di provinsi, maka penanganan Covid-19 di tingkat nasional akan semakin baik,” tandasnya.
(cnbc)