KORANEXPOSE.COM—JAKARTA – Ketua Umum Kiai Muda Indonesia Gus Wahyu NH Aly menilai apa disampaikan Ketua PBNU KH. Nusron Wahid tidak ada yang keliru. Ia menjelaskan, pernyataan Nusron Wahid di salah satu stasiun TV swasta beberapa hari yang lalu, dinilainya tidak ada yang kasar, melainkan lantang atau suaranya keras. Hal itu disampaikan di Ashabul Kahfi, majlis thoriqoh Syadziliah. Menurutnya, yang paling benar memahami ayat-ayat Alquran adalah Allah SWT dan Rasulullah Swt.
“Apa yang dikatakan ketua PBNU Nusron Wahid itu baik. Bagian dari cara berfikirnya,” katanya di depan ratusan jamaah Ashabul Kahfi di Slipi dalam kajian Alhikam, Sabtu pagi (15/10/2016).
Pada kesempatan tersebut dijelaskan, perbedaan yang ada ditengah-tengah ulama menyoal Ahok, baik mendukung maupun menolak, Gus Wahyu mendoakan agar semuanya bernilai ibadah. Ia memaparkan, perbedaan dalam memikirkan suatu kemaslahatan dalam Islam disebutnya bukan sesuatu yang buruk, melainkan suatu hal yang bagus.
“Ulama yang menilai Ahok benar, mereka itu benar-benar ulama. Dan ulama yang menolak Ahok juga benar-benar ulama. Dalam Islam, perbedaan itu keniscayaan selama itu memiliki landasan yang baik. Sehingga, dalam Islam terbuka keragaman dalam berijtihad. Berijtihad dalam Islam, kalau salah dapat pahala satu dan kalau benar dapat pahala dua,” tegasnya.
Terpenting, dikatakan cucu KH. Abdullah Siradj Aly ini, semua ulama yang menyoal Ahok, baik yang mendukung maupun menolak, agar saling menghargai, tidak memaksakan hasil pemikirannya pada ulama lain yang berbeda pemikiran.
“Lakum a’malukum wa ‘amali linafsi. Perbedaan dikalangan ulama bukan untuk saling menghujat, bukan untuk saling bergaya, tapi untuk saling memahami apabila perbedaan itu benar-benar ada. Sehingga, semua pihak semestinya saling bercium tangan,” tambahnya.
Dipaparkan, perbedaan telah ada dalam kitab-kitab tafsir. Hanya saja, terkait Ahok menurutnya ulama yang ramai saat ini baik yang mendukung maupun yang menolak, dinilainya belum terlihat ada upaya menafsirkan kitab-kitab tafsir, dan apalagi menafsirkan langsung firman Allah SWT. Menurutnya, ulama-ulama yang ramai membicarakan Ahok saat ini baru masuk di wilayah menempel-nempelkan ayat atau memaksakan suatu ayat tertentu.
“Ulama-ulama yang ramai saat ini, jangankan berijtihad, pendekatan ushul fiqh saja belum dilakukan untuk menilai Ahok. Melainkan baru di wilayah menempel-nempelkan ayat dan suatu qoul. Tapi tidak mengapa, itu sudah baik karena ada upaya berfikir. Terpenting, semua ulama saling bercium tangan,” pungkasnya.
Diterangkan dalam kesempatan tersebut, banjir darah sesama umat Islam sepanjang sejarah menurutnya karena adanya pihak yang menolak ijtihad pihak lain. Tidak adanya rasa saling menghargai, menghormati perbedaan dalam proses dan hasil berijtihad. [hakim]