
Maduraexpose.com- Ketua Umum PB-NU KH.Said Aqil Siraj menjelaskan secara gamblang tema yang diusung Muktamar NU ke-33 yang berlangsung di GOR Merdeka Alun-Alun Jombang.
Menuru Said Aqil, Islam Nusantara tak lebih dari sekear ciri khas Islam-nya orang-orang Indonesia yang melebur secara harmonis dengan budaya Nusantara, syara’, kearifan yang tidak melabrak syara’.
“Islam nusantara bukan mazhab baru, firqah dan aliran baru. Islam nusantara menjadi ciri khas Islam-nya orang-orang nusantara, yaitu melebur secara harmonis dengan budaya nusantara, syarak, kearifan yang tak melanggar syarak, digunakan untuk dakwah Islam di nusantara,” kata Said Aqil seperti dilansir detik.com.
Ditambahkan Said Aqil, Islam yang santun dan senantiasa mengedepankan hati nurani dan akhlakul karimah.
“Islam yang memanusiakan manusia, cinta tanah air. Inilah Islam ahlussunnah wal jamaah,” ucapnya.
Kiai yang pernah mengisi ceramah Maulid Nabi di Pendopo Keraton Sumenep pada November 2014 ini menambahkan, dengan Islam Nusantara, maka seluruh Nahdliyin (warga NU) untuk senantiasa melanjutkan perjuangan seperti yang dilakukan oleh Wali Songo atau 9 wali yang sangat terkenal dan pertama kali membawa Islam ke Indonesia.
Said Aqil mengingatkan 4 hal yang harus menjadi landasan kaum nahdhiyin. Pertama, yakni semangat religius yang penekanannya lebih kepada akhlakul karimah. Karena tanpa memiliki akhlakul karimah, beragama tida artinya. Kedua, sepirit nasionalis seperti yang diajarkan oleh KH.Wahid Hasyim supaya keduanya (Islam dan Nasionalis) janganlah dipertentangkan. Dengan semangat Nusantara direlung dada, Islam akan semakin kuat mengakar dan senantiasa menjadi pegangan NU terhadap konstitusi di Republik Indonesia.
“Siapapun presidennnya, NU di belakangnya. Dukung pemerintah bukan berarti koalisi, mengkritik bukan berarti koalisi,” sambungnya.
Landasan NU yang ketiga dari empat hal diatas, dipaparkan Said Aqil adalah semangat ke-bhinneka-an.Warga Nahdiyin diminta mneghormati dan menghargainya diatas sajadah nusantara. Dengan saling menghargai,semangat membangun dan kerjasama akan tercapai dengan sempurna. Dan itu bisa terwujud setelah satu sama lain saling mengenal dalam arti yang sebenarnya.
Adapun landasan yang keempat, dijelaskan Said Aqil adalah semangat kemanusiaan yang dijalankan dengan semangat kebersamaan sebagaimana dilakukan oleh sang visioner KH Hasyim Anshari.
“Sehingga lahirlah dunia tanpa peperangan, dunia damai. Ketika ada konflik, diselesaikan dengan musyawarah, bukan dengan senjata,” jelasnya.
(imk/bil/dtk/fer)