MaduraExpose.com- Bagi masyarakat Jawa Timur, istilah santet sudah tidak asing. Apalagi di kabupaten Banyuwangi dan Tulungagung yang dikenal sebagai daerah ‘penghasil’ santet.
Jika ingin mengetahui tentang apa yang dimaksud santet dan seperti apa jenisnya, di kota Surabaya, tepatnya di Jalan Indrapura 17, terdapat museum kesehatan Dr. Adhyatma. Salah satu koleksi museum ini, salah satunya tentang santet dan ornamennya.
Di museum santet, para pengunjung bisa mengetahui banyak hal, termasuk juga alat peraga yang biasa digunakan untuk ritual santet. Beberapa di antaranya “kiriman” santet yang pernah bersarang di tubuh korban juga dipamerkan, seperti rambut, paku, dan jarum.
Prof. Dr. Harijadi Soeprapto, salah satu pendiri museum santet, mengatakan melalui museum, masyarakat bisa memahami tentang ilmu tersebut sekaligus membuktikan bahwa santet bisa terdeteksi secara medis.
“Sebagai salah satu bukti medis, di beberapa sudut ruangan, kami juga memasang rontgen yang bergambar paku di dalam perut manusia,” ujar Harijadi, Senin (4/5/2015).
Selain berisi soal santet, di dalam museum juga terdapat beberapa simbol mistis, di antaranya Jelangkung dan Nini Towok serta jenglot. Ada juga ajimat yang seringkali digunakan masyarakat, seperti rompi ontokusumo, batu akik, dan keris.
Di pojok kiri dari pintu masuk museum santet, juga dipamerkan pasung yang umumnya digunakan masyarakat saat ada anggota keluarga yang dianggap mengalami gangguan jiwa.
Harijadi mengatakan koleksi museum memiliki aura mistis. Harijadi menambahkan dari penelitian yang dilakukannya secara ilmiah dan non ilmiah, aura bisa juga disebut sebagai pancaran atau gelombang Geo Patogen.
Gelombang itu berasal dari persilangan air di bawah tanah yang bergesakan dengan batu sehingga tidak mengherankan jika di museum santet banyak terhadap makhluk astral.
“Gelombang ini bisa merusak sel-sel yang ada dalam tubuh. Baik itu sel dalam otak maupun bagian tubuh yang lain, sehingga tidak sedikit ada yang merasa mual dan muntah saat berada di museum santet,”
katanya.
Semua orang bisa masuk museum dan belajar memahami dunia persantetan. Anda cukup bayar Rp1.500. Penasaran?
(Yovie Wicaksono/SuaraCom/Ist.TransurabayaCom)