Sumenep, MaduraExpose.com
Meski sempat menuai kontroversi luar biasa dari berbagai kalangan, termasuk dari pihak Satlantas Polres Sumenep, akhirnya peresmian Monumen Keris bisa dilakukan di jantung kota Sumenep, Minggu (9/11/2014).
Monumen keris yang baru dibanggun di tepi barat kota, tepatnya arah timur di simpang empat Pandian- Karangduak, Kota Sumenep, Jawa Timur.
Bupati Sumenep A.Busyro Karim dalam sambutannya mengatakan, peresmian monumen keris ini merupakan bagian dari rangkaian hari jadi ke 745. Sedangkan pemilihan lokasi di perempatan itu, lanjutnya, karena Desa Pandian dan Kelurahan Karangduak memiliki sejarah empu keris yang sangat terkenal sejak jaman kuno.
“Dalam sejarah disebutkan kalau empu keris di Pandian dan Karangduak”kata Bupati Busyro terkait penempatan monumen keris ditepi barat kota Sumenep,Madura, Jawa Timur. Minggu (9/11/2014).
Dengan dibanguannya monumen keris ini, bupati menyebutnya,sebagai ikon baru yang mempertegas eksistensi kebudayaan Sumenep memiliki nilai luhur tinggi sekaligus legitimasi dunia,jika keris Sumenep merupakan karya besar yang sudah diakui oleh eksistensinya yang sudah diakui oleh UNESCO.
Seperti kita ketahui, UNESCO sendiri merupakan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB, yakni UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, disingkat UNESCO) yang merupakan badan khusus Perdamaian Bangsa-Bangsa (PBB). UNESCO sendiri didirikan sejak tahun 1945.
Tujuan organisasi ini untuk mendukung perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan, peraturan huku, HAM dan kebebasan hakiki.
Khusus keris yang dihasilkan para pengrajin Sumenep, sejak tahun 2012 lalu telah dilakukan penelitian oleh UNESCO.
“Dari hasil penelitian UNESCO itu, baru diketahui jika Sumenep memiliki pengrajin keris terbesar dunia”, lanjut Bupati.
Waktu itu, lanjut mantan Ketua DPRD Sumenep dua priode ini, Sumenep sudah memiliki 524 pengrajin keris dan jumlahnya terus meningkat menjadi 648 orang.
Suami dari Nurfitriana ini menambahkan, dengan dibangunnya monumen keris, maka Sumenep memiliki lebih dari satu ikon. Dan hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan senyampang masih relevan dengan identitas kebudayaan maupun potensi daerah masing-masing.
“Termasuk hadirnya ikon kota keris ini, juga bagian dari ikhtiar kita mempromosikan potensi wisata yang dimiliki Sumenep”, paparnya panjang lebar.
Bupati Busyri juga menyitir filosofi keris orang-orang terdahulu dengan menggunakan bahasa Madura.
“Keras Kodu Akeris. Itu artinya boleh keras asal bermoral dan diimbangi dengan kemampuan intelektual yang memadai”, sindirnya.
Dalam peresmian monumen keris kali ini, tampak ribuan orang memadati jantung kota Sumenep sambil menikmati makanan khas soto campor. Tak tanggung-tanggung, hidangan campor yang disuguhkan panitia sangat luar biasa jumlahnya, yakni sebanyak 10 ribu piring. Jumlah ini mampu memecahkan Museum Rekor Indonesia (MURI).
Makanan Campor merupakan makanan yang sangat familiar dikalangan masyarakat Madura. Bahannya sangat sederhana terdiri dari potongan ketupat lontong, mie suhun, kacang tanah yang dihaluskan plus kuah santan yang menggoda.
10 ribu piring Campor Sumenep ini akhirnya mampu menorehkan sejarah baru dengan nangkring diurutan 6.712 catatan MURI. Penyerahan piagam diserahkan oleh senior manager MURI, Paulus Pangka,SH kepada Nurfitriana Busyro, Ketua Tim Penggerak PKK di dampingi Bupati Sumenep A Busyro di Sumenep,Madura, Jawa Timur.
(G2k/fer/***)